Alif terbentuk dari Ulfah
(kedekatan) dan ta’lif
( pembentukan). Dengan huruf inilah
ALLAH menta’lif (menyatukan)
seluruh ciptaanNya dalam landasan
tauhid dan ma’rifah dengan
kecintaan penghayatan iman dan
tauhid.
Sehingga Alif ini membuka makna dan
pengertian tertentu dengan banyak
bentuk rupa dan warna yang ada
pada huruf-huruf yang lain. Maka
jadilah Alif sebagai
“Kiswah” (pakaian) bagi huruf
lainnya. Itu semua karna kehendak si
“Alif ghaib”.
Huruf saja tidaklah memiliki makna,
sebab pengertian tidak terdapat
padanya.
Makna dalam dari Alif ibarat nyawa,
sedangkan bentuk huruf adalah
ibarat raga. Ibarat pohon yang di
belah sampai ke akar, dari akar di
belah sampai ke biji asalnya. Lalu
dari biji asalnya di belah sehingga
tiada sesuatu apapun. itulah hakikat
kehidupan.
Allah menjadikannya berupa
(memiliki bentuk), padahal tiada.
Huruf berupa lisan ketika diucapkan,
sedangkan makna adalah
pengetahuan yang diketahui sebelum
lisan berucap dan berbuat.
Ia sangatlah halus melebihi
kehidupan yang fana/tiada.
Maka jelaslah Alif adalah Huruf
yang paling utama, Agung dan Mulia
Ibarat Adam, sedangkan Alif di
satukan dengan Hamzah. Hamzah itu
ibarat Hawa. Maka lahirlah 28 huruf
Hijaiyah seperti lahirnya manusia
dari sebab Adam dan Hawa. Sehingga
muncul pengertian mudzakar Ibnu
(lelaki) dan pengertian mu’annats
Binti (wanita).
Seluruh huruf terlahir dari Alif,
karna Alif pada asalnya tegak lurus
dimana titik asalnya isyarat bagi
penetapan permulaan wujud (ada)
yang merupakan lawan dari
ketiadaan (adam). Lalu Alif ini ada
pada pengelihatan, sehingga melihat
yang benar-benar ada. Adapun
melihat Dzat itu merupakan cermin
ketunggalan sejati yang menurun
pada kesejatian diri.
Maka ketika dikaruniakan pandangan
ini, melihat keberadaannya di dunia
ini dengan cahaya yang terang
benderang yang melihat dengan 127
kejadian. Ketika disebut Alif yaitu
ketika diri sudah tunggal. Lalu
menunjukan apa yang tampak dan
terlihat di dirinya sehingga jadilah
Alif. Yang pertama dijadikan oleh
Allah adalah titik ke esaanNya,
ketika Ku pandang dengan
keAgunganKu maka titikpun menunduk
dan mengalir menjadi garis lurus
tanpa akhir (Alif). Alif pun
dijadikan permulaan Kitabnya dan
pembuka huruf karna huruf lain
berasal darinya dan tampak pada
dirinya. “IQRO” : adalah wahyu
pertama yang turun kepada Nabi
Muhammad S.A.W. Yaitu membaca
yang dimulai dengan huruf Alif dan
diakhiri dengan huruf Alif.
“Iqro” secara hisabiah nilainya 33.
Yaitu 3 kali di peluk Jibril A.S. maka
33 x 3 = 99 Asmaul Husna. Dengan 99
Asmaul husna inilah Rosulullah s.a.w
bisa isro dan mi’raj. Isra’ mi’raj di
surah al-isra’, surat ke 17 berjumlah
111 ayat. 111 = 3 alif.”isra” juga di
awali dgn huruf “alif ” dan di akhiri
juga huruf “alif ” (huruf ” hamzah ”
di akhir adalah satu karakter
dengan ” alif “).
Dalam kalimah ” isra” ada huruf alif
(akhir) dimana di bagian atas ada
tanda mad (memanjangkan alif)
nilainya 7 an dan nilai 7 ketukan ini
adalah sebagai sistem untuk melipat 7
lapis bumi dan naik turun ke 7 lapis
langit (mi’raj). Dengan Alif , titik
yang pada mulanya perbendaharaan
tersembunyi kemudian tampak dan
turun agar dikenal lewat ciptaanNya
begitupun mahluk dikenal lewatnya
dan di nisbatkan kepadaNya.
Itulah Kholifah yang membawa
“AMANAH”.
Karena dengan nama ALLAH itu
adalah BISMI dan ALLAHU,
Allahu itu adalah Alif,Lam,Ha. Alif
lam yang di maksud adalah LAHU =
BAGINYA. JAdi Allahu adalah Alif
lam baginya (untuknya) ARAHMAN =
Alif,Ra,Ha,Mim,Nun maksudnya Alif
dan Lam itu rahman demikian juga
dengan RAHIIM.
Jadi Alif lam itu seperti halnya
cahaya matahari dan rembulan, yang
memberi dan menyayangi tanpa
syarat. Alif Lam dalam diriku
adalah keadaan TUBADIL dalam
sholat. Jadi Alif Lam itu dalam tiap-
tiap sebutan ARRAHMAN
ARRAHIIM…..dst. Seperti halnya
mustaqim/jalan yang lurus dimana
terdapat pada diriku yang sempurna
sholat.
Yaitu ketika aku menginjak maqom
tubadil seperti halnya takbiratul
ikhram yang mukharanah (sempurna,
dimana lafazh Allah dlm takbirotul
ikhram sholat di panjangkan tanpa
ada batasan hukum mad 2 harakat
sebagai bentuk keagunganNya).
Berbeda dengan kata “INNA” yg
artinya “sesungguhnya” begitu diberi
alif sebagai perpanjangan dari huruf
nun, maka berubah menjadi jamak/
banyak, “innaa” artinya
“sesungguhnya kami”.
Begitu juga “Qul” yg artinya
“katakan”, begitu diberi nun dan alif
sebagai perpanjangannya, maka
berubah menjadi jamak/banyak ,
“Qulnaa” yg artinya kami
berfirman.jadi perubahan dari
tunggal menjadi jamak karena
adanya imbuhan huruf yg disesuaikan
maksud dan tujuannya, bukannya
unsur yg memerintah (Allah) yg
menjadi jamak. Subyek = Yang
Memerintah tetap TunggalObyek =
Maksud dan Tujuan yang menjadi
jamak.
Maka AllAH pun Sholat, sedangkan
manusia tiada sedikitpun kekuatan
sehingga ikut andil dalam perkara
sekecil apapun terhadap dirinya.
Karna di satu sisi hamba
diperkenankan memilih jalan untuk
dirinya tapi waktu yang sama ia harus
masuk kepada ketetapanNya. Karna
Huruf memiliki tampilan, bahasa dan
memiliki aspek lahir dan bathin.
Aspek lahirnya berupa nama dan
bentuknya. Aspek bathinnya berupa
makna rahasiaNya. Batasnya adalah
uraian dari hukum-hukumNya. Serta
tampilanNya adalah penyaksian dan
penyingkapan. Seluruh struktur
susunan alam semesta itulah yang
dinamakan pula sebagai Alif.
Karna seluruh huruf berasal dari
susunan pengertian Rahasia hembusan
tiupan RuhNya yang mencakup seluruh
kata-kata dari hikmah yang
menakjubkan dan ilmu-ilmu
teristimewa yang ditiupkan kepada
adam. Adam menjadi istimewa karna
diajarkan satu Alif oleh Allah, maka
ia dapat menyebutkan seluruh nama
dalam satu huruf.
Buat renungan sesama kita yang
memang berminat tentang Hakikat,
agar dapat difikirkan dengan
perlahan-lahan agar mencapai
matlamat yang sebenar. Hakikat
perkataan adalah alif, (alif adalah
satu huruf dalam tulisan jawi, kalau
tulisan rumi.. mestilah ‘a’ ), manakala
hakikat alif pula adalah noktah, dan
hakikat noktah adalah dakwat.
Jikalau dikaji selanjutnya maka
hakikat dakwat pula adalah cecair,
sedangkan hakikat cecair adalah
debu-debu, dan hakikat debu-debu
adalah unsur-unsur (atom) dan
hakikat unsur adalah Cahaya Allah.
Sedangkan Gelap (tidak diketahui)
ialah Cahaya Dzat, …. dalam gelap
itulah adalah ‘Air Kehidupan’ (Yang
Menghidupkan).
Sebagai misalan, ….jika anda melihat
kepada dakwat, maka dengan
sendirinya huruf hilang,…
dan jika anda melihat huruf , maka
dakwat hilang…
Sejajar dengan itu cuba difikirkan
pula:
Jika ana ada Dia tiada, … dan jika
Dia ada ana pula tiada…
“Ketahuilah, barangsiapa di berikan
pengetahuan tentang Alif dan
mengamalkannya, maka telah diberi
pengetahuan tentang rahasia tauhid
Wahdaniyah (keesaan) dan naik
menuju rahasia Ahadiah
(kewujudan)”
(kedekatan) dan ta’lif
( pembentukan). Dengan huruf inilah
ALLAH menta’lif (menyatukan)
seluruh ciptaanNya dalam landasan
tauhid dan ma’rifah dengan
kecintaan penghayatan iman dan
tauhid.
Sehingga Alif ini membuka makna dan
pengertian tertentu dengan banyak
bentuk rupa dan warna yang ada
pada huruf-huruf yang lain. Maka
jadilah Alif sebagai
“Kiswah” (pakaian) bagi huruf
lainnya. Itu semua karna kehendak si
“Alif ghaib”.
Huruf saja tidaklah memiliki makna,
sebab pengertian tidak terdapat
padanya.
Makna dalam dari Alif ibarat nyawa,
sedangkan bentuk huruf adalah
ibarat raga. Ibarat pohon yang di
belah sampai ke akar, dari akar di
belah sampai ke biji asalnya. Lalu
dari biji asalnya di belah sehingga
tiada sesuatu apapun. itulah hakikat
kehidupan.
Allah menjadikannya berupa
(memiliki bentuk), padahal tiada.
Huruf berupa lisan ketika diucapkan,
sedangkan makna adalah
pengetahuan yang diketahui sebelum
lisan berucap dan berbuat.
Ia sangatlah halus melebihi
kehidupan yang fana/tiada.
Maka jelaslah Alif adalah Huruf
yang paling utama, Agung dan Mulia
Ibarat Adam, sedangkan Alif di
satukan dengan Hamzah. Hamzah itu
ibarat Hawa. Maka lahirlah 28 huruf
Hijaiyah seperti lahirnya manusia
dari sebab Adam dan Hawa. Sehingga
muncul pengertian mudzakar Ibnu
(lelaki) dan pengertian mu’annats
Binti (wanita).
Seluruh huruf terlahir dari Alif,
karna Alif pada asalnya tegak lurus
dimana titik asalnya isyarat bagi
penetapan permulaan wujud (ada)
yang merupakan lawan dari
ketiadaan (adam). Lalu Alif ini ada
pada pengelihatan, sehingga melihat
yang benar-benar ada. Adapun
melihat Dzat itu merupakan cermin
ketunggalan sejati yang menurun
pada kesejatian diri.
Maka ketika dikaruniakan pandangan
ini, melihat keberadaannya di dunia
ini dengan cahaya yang terang
benderang yang melihat dengan 127
kejadian. Ketika disebut Alif yaitu
ketika diri sudah tunggal. Lalu
menunjukan apa yang tampak dan
terlihat di dirinya sehingga jadilah
Alif. Yang pertama dijadikan oleh
Allah adalah titik ke esaanNya,
ketika Ku pandang dengan
keAgunganKu maka titikpun menunduk
dan mengalir menjadi garis lurus
tanpa akhir (Alif). Alif pun
dijadikan permulaan Kitabnya dan
pembuka huruf karna huruf lain
berasal darinya dan tampak pada
dirinya. “IQRO” : adalah wahyu
pertama yang turun kepada Nabi
Muhammad S.A.W. Yaitu membaca
yang dimulai dengan huruf Alif dan
diakhiri dengan huruf Alif.
“Iqro” secara hisabiah nilainya 33.
Yaitu 3 kali di peluk Jibril A.S. maka
33 x 3 = 99 Asmaul Husna. Dengan 99
Asmaul husna inilah Rosulullah s.a.w
bisa isro dan mi’raj. Isra’ mi’raj di
surah al-isra’, surat ke 17 berjumlah
111 ayat. 111 = 3 alif.”isra” juga di
awali dgn huruf “alif ” dan di akhiri
juga huruf “alif ” (huruf ” hamzah ”
di akhir adalah satu karakter
dengan ” alif “).
Dalam kalimah ” isra” ada huruf alif
(akhir) dimana di bagian atas ada
tanda mad (memanjangkan alif)
nilainya 7 an dan nilai 7 ketukan ini
adalah sebagai sistem untuk melipat 7
lapis bumi dan naik turun ke 7 lapis
langit (mi’raj). Dengan Alif , titik
yang pada mulanya perbendaharaan
tersembunyi kemudian tampak dan
turun agar dikenal lewat ciptaanNya
begitupun mahluk dikenal lewatnya
dan di nisbatkan kepadaNya.
Itulah Kholifah yang membawa
“AMANAH”.
Karena dengan nama ALLAH itu
adalah BISMI dan ALLAHU,
Allahu itu adalah Alif,Lam,Ha. Alif
lam yang di maksud adalah LAHU =
BAGINYA. JAdi Allahu adalah Alif
lam baginya (untuknya) ARAHMAN =
Alif,Ra,Ha,Mim,Nun maksudnya Alif
dan Lam itu rahman demikian juga
dengan RAHIIM.
Jadi Alif lam itu seperti halnya
cahaya matahari dan rembulan, yang
memberi dan menyayangi tanpa
syarat. Alif Lam dalam diriku
adalah keadaan TUBADIL dalam
sholat. Jadi Alif Lam itu dalam tiap-
tiap sebutan ARRAHMAN
ARRAHIIM…..dst. Seperti halnya
mustaqim/jalan yang lurus dimana
terdapat pada diriku yang sempurna
sholat.
Yaitu ketika aku menginjak maqom
tubadil seperti halnya takbiratul
ikhram yang mukharanah (sempurna,
dimana lafazh Allah dlm takbirotul
ikhram sholat di panjangkan tanpa
ada batasan hukum mad 2 harakat
sebagai bentuk keagunganNya).
Berbeda dengan kata “INNA” yg
artinya “sesungguhnya” begitu diberi
alif sebagai perpanjangan dari huruf
nun, maka berubah menjadi jamak/
banyak, “innaa” artinya
“sesungguhnya kami”.
Begitu juga “Qul” yg artinya
“katakan”, begitu diberi nun dan alif
sebagai perpanjangannya, maka
berubah menjadi jamak/banyak ,
“Qulnaa” yg artinya kami
berfirman.jadi perubahan dari
tunggal menjadi jamak karena
adanya imbuhan huruf yg disesuaikan
maksud dan tujuannya, bukannya
unsur yg memerintah (Allah) yg
menjadi jamak. Subyek = Yang
Memerintah tetap TunggalObyek =
Maksud dan Tujuan yang menjadi
jamak.
Maka AllAH pun Sholat, sedangkan
manusia tiada sedikitpun kekuatan
sehingga ikut andil dalam perkara
sekecil apapun terhadap dirinya.
Karna di satu sisi hamba
diperkenankan memilih jalan untuk
dirinya tapi waktu yang sama ia harus
masuk kepada ketetapanNya. Karna
Huruf memiliki tampilan, bahasa dan
memiliki aspek lahir dan bathin.
Aspek lahirnya berupa nama dan
bentuknya. Aspek bathinnya berupa
makna rahasiaNya. Batasnya adalah
uraian dari hukum-hukumNya. Serta
tampilanNya adalah penyaksian dan
penyingkapan. Seluruh struktur
susunan alam semesta itulah yang
dinamakan pula sebagai Alif.
Karna seluruh huruf berasal dari
susunan pengertian Rahasia hembusan
tiupan RuhNya yang mencakup seluruh
kata-kata dari hikmah yang
menakjubkan dan ilmu-ilmu
teristimewa yang ditiupkan kepada
adam. Adam menjadi istimewa karna
diajarkan satu Alif oleh Allah, maka
ia dapat menyebutkan seluruh nama
dalam satu huruf.
Buat renungan sesama kita yang
memang berminat tentang Hakikat,
agar dapat difikirkan dengan
perlahan-lahan agar mencapai
matlamat yang sebenar. Hakikat
perkataan adalah alif, (alif adalah
satu huruf dalam tulisan jawi, kalau
tulisan rumi.. mestilah ‘a’ ), manakala
hakikat alif pula adalah noktah, dan
hakikat noktah adalah dakwat.
Jikalau dikaji selanjutnya maka
hakikat dakwat pula adalah cecair,
sedangkan hakikat cecair adalah
debu-debu, dan hakikat debu-debu
adalah unsur-unsur (atom) dan
hakikat unsur adalah Cahaya Allah.
Sedangkan Gelap (tidak diketahui)
ialah Cahaya Dzat, …. dalam gelap
itulah adalah ‘Air Kehidupan’ (Yang
Menghidupkan).
Sebagai misalan, ….jika anda melihat
kepada dakwat, maka dengan
sendirinya huruf hilang,…
dan jika anda melihat huruf , maka
dakwat hilang…
Sejajar dengan itu cuba difikirkan
pula:
Jika ana ada Dia tiada, … dan jika
Dia ada ana pula tiada…
“Ketahuilah, barangsiapa di berikan
pengetahuan tentang Alif dan
mengamalkannya, maka telah diberi
pengetahuan tentang rahasia tauhid
Wahdaniyah (keesaan) dan naik
menuju rahasia Ahadiah
(kewujudan)”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar