Cinta terbesar dan cinta hakiki bagi orang yang beriman ialah cinta kepada Allah. Sehingga cinta kepada Allah-lah yang seharusnya menjadi motivator terbesar dan tidak terbatas

Senin, 30 Juni 2014

MARHABAN YA RAMADHAN

Banyak yang menyambut dengan gembira kedatangan bulan Ramadhan.Ada kesitimewaan apa di bulan suci ini? Yuk mengingatnya kembali.Ustad A Rahim Audah dari Banjarmasin mengatakan selama Ramadan, umat Islam berada dalam salah satu momentum kebaikan besar yang dikaruniakan Allah kepada umat ini, sebagai wujud kemuliaan yang Dia berikan.Allah mengistimewakan ibadah puasa di antara ibadah lain, sebagaimana hadis "Nabi bersabda bahwa Allah berfirman,`Setiap amalan manusia adalah untuknya kecuali puasa.Puasa itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan memberikan balasanya".Kemuliaan agung Ramadan,Alquran diturunkan. Sejarah manusia tidak pernah mencatat kitab yang diperlakukan secara istimewa, diangungkan, dikaji dan diteliti seperti Alquran yang mendapat perlakuaan seperti itu sejak diturunkan hingga hari ini, baik dihafal, dipahami,dan direnungkan.Sementara para ulama terus berlomba menafsirkan dan menerangkan ayat-ayatnya,menjelaskan keutamaankeutamaannya, menyimpulkan makna-maknanya, menelaah sisi-sisi kemukjizatannya,dan banyak lagi bentuk interaksi dengan Alquran.Membaca Alquran termasuk ibadah yang paling utama, ketaatan yang paling besar,apalagi bila dilakukan pada Ramadan yang penuh berkah.Mengingat pahala kebaikan di Ramadan akan dilipat gandakan. Adanya lailatul qadar, di antara sepuluh malam terakhir, Allah menetapkan satu malam yang lebih baik daripada umur panjang yang dialami seorang yang umurnya mendekati 100 tahun, jika kita tambahkan kepadanya tahun-tahun sebelum balig.Ini adalah malam ketika malaikat turun membawa rahmat Allah, kedamaian, dan keberkahan-Nya, hingga terbit fajar.Alquran mengangungkan malam ini. Ia menisbatkannya kepada Al-Qadar, yaitu kedudukan dan kehormatan. Kedudukan dan kehormatan apakah yang lebih baik dan lebih afdal dibanding dengan seribu bulan? Artinya, ketaatan dan ibadah dalam seribu bulan yang tidak ada lailatul Qadar di dalamnya.Seribu bulan sama dengan 83 tahun 4 bulan. Artinya, satu Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitabnya, Shahiih Muslim, dari Aisyah r. a.. Ia berkata bahwa "Pada sepuluh malam terakhir (di bulan Ramadhan), Nabi SWA Lebih giat (Beribadah) dari sebelum-nya."Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Aisyah r.a., "Apabila masuk sepuluh malam terakhir, Nabi SAW mengikat kainnya, menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya."Maksud "mengikat kain" adalah menjaga jarak dari istri agar lebih total melakukan salat, zikir, menghidupkan malam dengan membaca Alquran, zikir, doa dan mengadu kepada Allah SWT.Mengapa beliau melakukan semua itu? Sebab, nabi betul-betul ingin menggunakan malam-malam yang penuh berkah itu sebaik-baiknya untuk beribadah.Itu merupakan kesempatan emas dan keberuntungan yang sangat besar bagi orang-orang yang dapat bimbingan Allah SWT.untuk meraih kebaikan.Oleh sebab itu, setiap orang mukmin yang bijak tidak mungkin mau melewatkan begitu saja kesempatan emas dan malam yang sangat berharga itu, baik untuk dirinya sendiri maupun keluarganya.Sebab, itu tidak lebih dari beberapa jam yang sangat pendek dan beberapa malam yang sangat terbatas,dengan harapan mudah-mudahan ia meraih setitik anugerah dari Allah SWT, yang memberi kebahagiaan yang abadi di dunia dan di akhirat.

TIGA HAL DALAM MENJALIN CINTA

Menjalin cinta itu mencakup pada tiga hal, cara, alasan, dan niat. Banyak anak manusia merasakan cinta itu sebagai penderitaan, bahkan ada yang menganggap cinta itu permainan. Seseorang yang menderita karena cinta, karena dia tidak memahami cara mewujudkan cinta, alasannya sembarangan, niatnya tidak jelas. Seseorang dianggap mempermainkan cinta bisa dinilai dari cara menunjukkan cintanya, alasan dan niatnya sebatas asyik-asyikan saja.Cara, alasan, dan niat sangat menentukan dalam menjalin cinta. Cinta sejati, cinta hakiki, cinta suci, cinta mulia, dan cinta yang sempurna, semua ini bisa diraih dengan ketentuan tiga hal tersebut. Sebaliknya, ketika caranya salah, alasannya sembarangan, niatnya tidak jelas apalagi sekedar asyik-asyikan, cinta hanya akan menjadi penderitaan, penyeselan, dan permainan.Akibatnya, tidak sedikit remaja yang menjalin cinta terjebak pada lembah keterpurukan. Mereka merasa menyesal pada cinta yang mereka jalin. Mereka menganggap cinta membuat dirinya menderita. Padahal, cinta tidak memiliki salah apa-apa. Yang salah adalah dirinya yang tidak mengerti bagaimana menunjukkan cinta, bagaimana menjalani cinta, bagaimana mengarahkan cinta, bagaimana meresapi cinta, dan bagaimana membuktikan cinta.Islam dengan ajarannya, selalu membimbing pemeluknya dengan aturan dan ketentunnya. Tidak ada dalam setiap lini kehidupan, Islam melepas pemeluknya melakukan sesuatu dalam kehidupan dengan sekehendaknya sendiri, atau membiarkan pemeluknya begitu saja melakukan banyak hal. Mulai dari dihembuskannya nafas seorang hamba sampai pada titik akhir nafas berhembus, Islam memberikan aturan dan ketentuan pada hambanya sebagai bekal menjalani hidup dengan baik dan bijak, guna menjadi hamba yang sejati di hadapan-Nya.Dalam cinta, Islam juga membimbing pemeluknya bagaimana menjalani cinta. Tentu, yang dimaksud di sini adalah cinta antar lawan jenis. Sepertinya, masih banyak orang menganggap bahwa Islam tidak memiliki konsep dalam menjalani cinta antar lawan jenis. Sehingga, ada yang mengatakan, buat apa menjalin cinta? Mungkin pengingkaran ini didasarkan pada cara yang biasa dilakukan oleh banyak orang ketika menjalani cinta.Islam sendiri tidak pernah menghukumi cinta. Tidak ada aturan atau ketentuan cinta hukumnya wajib, sunnah, mubah, makruh, apalagi haram. Merasakan cinta merupakan fitrah manusia yang kehadirannya tidak bisa disengaja atau dibuat-buat, apalagi dipaksa. Cinta begitu saja muncul.Cinta antar lawan jenis hadir di saat manusia beranjak remaja. Ketika itulah, remaja mengalami masa-masa proses pendewasaan logika dan perasaan. Bagi mereka yang tidak mampu menyikapi cinta, akibatnya akan menjatuhkan dirinya pada kerusakan karakter, mental, dan moral. Tidak sedikit diantara remaja yang pendidikannya berantakan karena tidak mampu menahan gejolak cinta. Banyak juga remaja yang memiliki karakter dan mental tidak baik karena salah memahami cinta. Bahkan, saat ini hampir sedikit lagi para remaja akan kehilangan moral karena pergaulan bebas yang diatasnamakan cinta.Oleh sebab itu, Islam memberi aturan dan ketentuan bagi para pemeluknya dalam menjalani cinta, khususnya dalam hal ini bagi para remaja. Sebelumnya, perlu ada klafiksi tentang cinta dari aspek waktunya. Ada cinta yang dijalani jauh sebelum pernikahan. Ada cinta yang dijalani pra pernikahan. Dan, ada cinta yang dijalani setelah pernikahan.Dari klasifikasi di atas, yang rawan terjadi kecelakaan dalam menjalani cinta adalah yang pertama, mejalani cinta jauh sebelum masa-masa pernikahan. Bagaimana Islam menyikapi cinta yang seperti ini? Apakah Islam tidak memberi rekomendasi pada seseorang yang menjalani cinta jauh sebelum pernikahan? Atau, malah Islam tidak mengakui cinta yang seperti itu?Sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, tuntaskan dulu dua klasifikasi cinta tersebut. Tentang cinta yang dijalani pra sebelum pernikahan adalah cinta yang sudah terikat dengan akad khitbah (tunangan). Cinta yang seperti ini sudah dipastikan Islam merekomendasi. Karena sudah ada kepastian alasan dan niat dalam menjalani cinta. Untuk klasifikasi yang terakhir, cinta seperti itulah yang menjadi cita-cita Islam.Kembali pada klasifikasi cinta yang pertama. Sebagaimana telah diungkapkan di atas, bahwa kehadiran cinta tidak disengaja, dibuat-buat, apalagi dipaksa. Lantas bagaiaman jika cinta hadir di saat masa-masa yang jauh dari masa pernikahan?  Semisal di saat masa pendidikan. Sekali lagi, Islam tidak menghukumi cinta. Islam hanya menghukumi apa-apa yang menjadi sikap yang nyata.Jadi, silakan saja mejalin hubungan cinta atau menjalani cinta di saat itu. Tetapi ketentuan tiga hal: cara, alasan, dan niat, harus dijadikan pedoman. Cara menjalani cinta sebagaimana aturan dan ketentuan yang ditetapkan oleh ajaran Islam. Alasan dan niat yang juga sangat penting dalam menjalani cinta. Jika alasan dan niatnya salah, secara otomatis caranya pun juga pasti salah.

Minggu, 29 Juni 2014

DOA YANG SINGKAT TAPI PENUH MAKNA

Banyak mungkin yang belum tahu bahwa do'a sapu jagad (Robbana aatina fid dunya hasanah ...) mengandung makna yang luar biasa. Sampai-sampai dijelaskan bahwa do'a sapu jagad ini juga adalah do'a untuk mendapatkan wanita sholihah yang setiap orang menginginkannya. Coba kita renungkan baik-baik dalam artikel singkat berikut ini. Hanya Allah yang beri taufik.Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam Sangat Menyukai Do'a yang Singkat Namun Penuh MaknaDari Aisyah radhiyallahu anha, beliau berkata,كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتَحِبُّ الْجَوَامِعَ مِنْ الدُّعَاءِ وَيَدَعُ مَا سِوَى ذَلِكَ"Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menyukai doa-doa yang singkat padat, dan meninggalkan selain itu." (HR. Abu Daud no. 1482, dikatakan shahih oleh Syaikh Al Albani)Hadits ini menunjukkan beberapa hal:Dianjurkannya doa dengan lafadz yang ringkas namun mengandung banyak makna kebaikan.Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah diberi keistimewaan dengan jawamiul kalim, yaitu diberikan kalimat-kalimat yang ringkas ketika diucap namun mengandung banyak makna dalam hukum dan ilmu.Kalimat yang paling baik adalah kalimat yang sedikit (ringkas), namun syarat makna. Oleh karena itu, sangat dianjurkan seseorang menggapai maksud dari pembicaraan dengan kalimat yang mudah, namun sarat makna.Di antara doa ringkas, namun penuh makna adalah do'a sapu jagad:اللَّهُمَّ آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً ، وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً ، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ"Allahumma (Robbana) aatina fid dunyaa hasanah, wa fil akhiroti hasanah, wa qinaa adzaban naar."Dari Anas bin Malik, beliau mengatakan,كَانَ أكثرُ دعاءِ النبيّ - صلى الله عليه وسلم - : (( اللَّهُمَّ آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً ، وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً ، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ )) متفقٌ عَلَيْهِ ."Doa yang lebih sering diucapkan Rasulullah shallAllahu wa'alaihi wa sallam adalah Allahumma aatina fid dunyaa hasanah, wa fil akhiroti hasanah, wa qinaa adzaban naar (Ya Allah, berikanlah kepada Kami kebaikan di dunia, berikan pula kebaikan di akhirat dan lindungilah Kami dari adzab Neraka)." (HR. Bukhari no. 4522 dan Muslim no. 2690)Muslim menambahkan,إِذَا أَرَادَ أَنْ يَدْعُوَ بِدَعْوَةٍ دَعَا بِهَا فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَدْعُوَ بِدُعَاءٍ دَعَا بِهَا فِيهِ."Jika Anas ingin menyeru dengan suatu seruan, beliau membaca doa ini dan jika beliau ingin berdoa dengan suatu doa, beliau pun membaca doa ini."Beberapa pelajaran dalam hadits ini:Dianjurkan untuk merutinkan doa ini karena lafadznya begitu ringkas, namun mengandung permintaan kebaikan dunia dan akhirat.Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam paling sering membaca doa ini karena doanya sungguh penuh makna yaitu mencakup tiga hal: [1] meminta kenikmatan di dunia, [2] meminta kenikmatan di akhirat, serta [3] agar terbebas dari api neraka. Semoga Allah menganugerahkan kita tiga hal ini.Permintaan kebaikan di dunia yang dimaksudkan dalam doa ini mencakup nikmat sehat, rumah yang lapang, istri yang penuh dengan kebaikan, rizki yang luas, ilmu yang bermanfaat, amal sholih, kendaraan yang menyenangkan, pujian yang baik serta kebaikan-kebaikan lainnya dengan berbagai ungkapan dari pakar tafsir.Masya Allah ... luar biasa cakupan doa sapu jagad ini. Sampai-sampai meminta istri yang sholihah pun sudah tercakup di dalamnya.Adapun kebaikan di akhirat yang diminta dalam doa ini tentu saja lebih tinggi dari kebaikan di dunia yaitu dimasukkannya ke dalam surga, dibebaskan dari rasa khawatir (takut) dan diberi kemudahan dalam hisab (perhitungan amalan) di akhirat.Adapun permintaan diselamatkan dari siksa neraka mengandung permintaan agar kita dibebaskan dari berbagai sebab yang menjerumuskan ke dalam neraka yaitu dengan dijauhkan dari berbagai perbuatan yang haram dan dosa, dan diberi petunjuk untuk meninggalkan hal-hal syubhat (yang masih samar/abu-abu) dan hal-hal yang haram. -Inilah penjelasan Ibnu Katsir rahimahullah yang kami sarikan dari kitab tafsirnya ketika menjelaskan surat Al Baqarah ayat 201-. Begitu luar biasa dan ampuhnya doa sapu jagad ini, begitu ringkas, namun makna yang dikandung begitu mendalam. Itulah doa yang seharusnya bisa kita rutinkan.Para sahabat begitu semangat dalam memperhatikan ajaran Nabi shallallahu alaihi wa sallam, sehingga mereka pun begitu semangat dalam menjalani ajaran Allah dan Rasul-Nya.Semoga yang sedikit ini bermanfaat.

BERSYUKUR DIBULAN SUCI MENGHARAP RIDHO ALLAH

Hari-hari penuh barakah dan rahmat telah berlalu, malam-malam penuh ampunan dan maghfirah telah berpisah, embun-embun di lailatul qadar ikut meninggalkan kita, yang tersisa adalah sebongkah do'a di kalbu. Alhamdulillah, kita telah mendapat kesempatan berlatih dan digembleng di bulan suci dengan tempaan berbagai amal kebajikan dan menjauhkan diri dari setiap keburukan dan kenistaan. Kesempatan untuk mengikuti penggemblengan ini merupakan nikmat yang paling agung bagi umat Islam, karena mereka diseru untuk menapaki tangga-tangga amal kebajikan menuju derajat tertinggi di sisi-Nya yaitu derajat taqwa. Segala puji hanyalah bagi-Nya, marilah kita bersyukur dengan hakikat syukur yang sesungguhnya, sehingga harapan dan do'a kita terkabulkan, nikmat dan karunia bagi kita Dia l tingkatkan, dengan bulan suci tahun depan kita dipertemukan kembali. Mensyukuri Nikmat Puasa Sebulan penuh kita dilatih menahan hawa nafsu, Alhamdulillah, dengan pertolongan-Nya kita telah mampu, sehingga kita selamat dari dorongan syahwat yang jahat, bahkan puasa dapat mengarahkan kita ke dalam ibadah dan taat, sungguh kenikmatan yang berupa kekuatan dan benteng yang melindungi diri kita ini harus kita rawat, kita jaga jangan sampai rusak, apalagi kita campakkan percuma. Kita jaga perisai taqwa ini dengan melaksanakan setiap perintah agama sekuat tenaga kita, dan menjauhkan diri kita dari setiap kemaksiatan, serta menambahkan amalan-amalan sunnah dengan sebaik-baiknya, seperti: shalat-shalat sunnah, puasa-puasa sunnah, bershadaqah, dan menjauhi perbuatan-perbuatan makruh, atau kegiatan yang kurang bermanfaat. Dengan berbuat ihsan, insya-Allah benteng taqwa kita tetap dijaga oleh Allah l sebagaimana firman-Nya, artinya, "Sesungguhnya Allah l beserta orang- orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan." (QS. An-Nahl: 128) Mensyukuri Ibadah Qiyamullail Kenikmatan shalat malam di bulan suci Ramadhan telah dirasakan oleh kaum muslimin. Rasulullah n menjanjikan ampunan dari Allah l bagi mukminin yang mendirikannya, asal menepati satu syarat yaitu betul-betul hanya mengharap pahala dari sisi-Nya. Kenikmatan dan ampunan itu haruslah terus kita pelihara dengan tetap menjaga malam-malam kita sepanjang tahun dengan amal-amal kebajikan, terutama dengan bacaan Al-Qur'an, dzikir, do'a, istighfar juga shalat malam, terlebih khusus lagi adalah dengan shalat witir, sesungguhnya kenikmatan dan janji ampunan itu tetap dijamin oleh Allah l di setiap penghujung malam di luar bulan Ramadhan sekalipun. Mensyukuri Pelatihan Kesabaran Ibadah puasa yang telah melatih diri kita dengan kesabaran adalah karunia yang amat agung untuk kita muliakan. Maka wajib kita bersyukur kepada Allah l dengan cara menjaga dan menggunakan kesabaran itu dengan sebaik-baiknya, sebab ujian dan cobaan dari Allah l tidak hanya diturunkan oleh Allah l di bulan Ramadhan saja, akan tetapi kapan saja Dia berkehendak sebagai bukti kecintaan kepada hamba-Nya yang mukmin. Allah l telah berfirman, artinya, "Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, "Bilakah datangnya pertolongan Allah l". Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah l itu amat dekat." (QS. Al-Baqarah: 214) Tanpa kesabaran, cita-cita yang termulia sekalipun tidak akan dapat tercapai. Selain do'a dan shalat, kesabaran adalah senjata utama hamba mukmin dalam mengarungi badai dan gelombang ujian demi ujian dengan teguh, selamat dan jaya, insya-Allah. Allah l berfirman, artinya, "Hai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah l beserta orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah: 153 ) Mensyukuri Pelatihan Kejujuran, Kedisiplinan, Ketaatan, dan Keikhlasan Allah l berfirman dalam hadist qudsi, "Mereka meninggalkan makan, minum, dan syahwat karena Aku." Itulah pengakuan Allah l atas puasa kita, wahai kaum mukminin yang dimuliakan oleh Allah l! Dengan pengakuan Allah l dan Taufiq-Nya, sebulan penuh kita telah berbuat jujur dan taat menahan dorongan nafsu yang halal maupun yang jahat, untuk kita tekan dan paksakan memenuhi perintah dan aturan Allah Rabbul alamin, dengan iman dan hanya mengharap balasan dari-Nya semata (ikhlas dan muhtasabah). Maka kelulusan dan gelar disiplin, taat, jujur dan ikhlas itu, wajib kita pertahankan, sebab bila tidak, syaithon akan merebut dan merusaknya, dengan cara menghiasi amal-amal baik kita dengan sifat kemunafikan, riya, pamer, sum'ah, gila pujian, dan perbuatan syirik. Itulah senjata yang mereka bidikkan di hati manusia, sehingga amal ibadah mereka tertolak di sisi Allah l. ( fana'udzubillah) Atau bila sifat jujur, disiplin, taat, dan ikhlas itu telah hilang dari jiwa kita, maka jiwa kita telah keluar dari lindungan Allah l dan pindah kepada perlindungan syaithon, maka sangat mudah bagi kita untuk berbuat maksiat, zhalim, curang, jahat, munafiq, penakut, dendam, sombong, dengki, rakus, dan segala perbuatan serta sifat buruk dan hina lainnya, dan itulah seburuk-buruk makhluq di muka bumi. Untuk mempertahankan gelar dan kedudukan ketaatan, jujur, dan keikhlasan itu, kita harus terus menjaga iman kita, memperbaharuinya, memupuk dengan amal sholeh, dan menyiraminya dengan air murni keikhlasan dan khasyyah (perasaan takut). (Lihat firman Allah l QS. Al-Bayyinah: 7-8). Itulah sebaik-baik makhluq yang diakui oleh Allah l, mereka akan datang menghadap Allah l dengan hati yang bersih. Sebagaimana firman-Nya, artinya, “(Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah l dengan hati yang bersih." (QS. Asy-Syu'araa': 88-89) Mensyukuri Ni'matnya Tilawatil Qur'an Di bulan Ramadhan Rasulullah n bersama malaikat Jibril p bermudarasah Al-Qur'an. Dari sana beliau n mendapatkan tambahan keteguhan jiwa, kekuatan hafalan, serta urutan tertib ayat-ayat dan surat-surat Al-Qur'an. Kaum mukminin menemukan kekuatan, keteguhan, jalan lurus yang terang benderang, petunjuk hidup yang menyelamat-kan, obat jiwa, penjelas dari petunjuk serta pembeda antara yang hak dan yang bathil, serta kenikmatan berdialog bersama Rabbil 'alamin, menimbun barokah, menambah keteguhan iman, serta cermin rona jiwa adalah dari tilawah, tadarus, dan tadabbur ayat-ayat Al-Qur'an. Firman Allah l, artinya, "Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS. 38 Shad: 29). Silakan periksa juga surat Yunus 57-58 dan surat Al-Baqarah 185. Amirul mukminin Umar bin Al-Khoththob a berkata, "Sesungguhnya dengan kitab suci ini satu kaum (mukminin) akan diangkat Allah l dan dengan kitab suci ini pula satu kaum (kafir) akan dihinakan Allah l.” Maka sangat tepat sekali bila kebangkitan umat ini adalah dengan caranya yang utama yaitu kembali dengan benar bertilawah, tadarrus Al-Qur'an, dan tadabbur, serta ikhlas mengamalkannya dengan bersungguh-sungguh sejak bulan suci Ramadhan terus sepanjang tahun sampai bertemu kembali ke dalam bulan suci ini, menjadikan mereka sahabat setia Al-Qur'an, maka Al-Qur'an pun akan menolong mereka menjadi syafaat bagi mereka di akhirat kelak. Mensyukuri Nikmat Bershadaqah Karena mengharap barokah di bulan suci, kaum mukminin menjadi orang yang lebih dermawan, sangat pemurah di bulan Ramadhan, kenikmatan itu harus kita pertahankan, kita lestarikan sepanjang tahun bahkan sampai akhir hayat kita, sebab Rasulullah n bersabda, "Shadaqah itu adalah bukti .” (HR. Muslim) Bukti iman di dalam jiwa orang beriman, di akhirat kelak sebagai bukti bahwa hartanya telah dibelanjakan dengan benar, bukti bahwa cintanya bukan kepada harta, dunia, dan seisinya, bukti seorang beriman menyukai sifat zuhud, itulah bukti bahwa Allah l dan segenap makhluq mencintainya karena sifat zuhudnya. Rasulullah n bersabada, "Zuhudlah kamu dalam urusan dunia, maka Allah l akan mencintaimu, dan zuhudlah dari apa yang ada di sisi manusia, maka mereka akan mencintaimu." (HR. Muslim) Mensyukuri Ni'mat Berdo'a, Berdzikir, dan Beristighfar Karunia yang amat agung bila hamba telah mendapat taufiq untuk senantiasa berdzikir, berdo'a, dan istighfar lalu Allah l mengampuninya dan menganugerahkan taubat nasuha. Seorang badui bertanya kepada Rasulullah n tentang amalan yang utama, Rasulullah n menjawab, "Engkau meninggalkan dunia, sedang lisanmu senan-tiasa basah dengan dzikir kepada Allah k." (Musnad Ibnu Ja'd 1: 492) Siapa yang membiasakan beristighfar, maka Allah l menjadikan baginya pada setiap kesempitan jalan keluar dan dari setiap kesedihan (Allah l jadikan) suatu kegem-biraan dan Dia l memberinya rizqi dari arah yang dia tidak menyangka-nyangka." (HR. Abu Daud dari Ibnu Abbas h). Sungguh jaminan ini terus berlaku sepanjang tahun bagi mukminin yang ikhlas dalam istighfar dan do'anya. Allah l berfirman, artinya, "Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagi kalian." (QS. Ghafir: 60) Mensyukuri nikmat ber'iktikaf memburu Lailatul Qadar Ber'iktikaf telah melatih kaum mukminin untuk memusatkan hidup kepada Allah l dengan dzikir dan ibadah, sepenuhnya di masjid, seraya memutuskan hubungan diri dengan dunia, mempersiapkan diri menemui Rabbul 'Alamin dengan hati yang bersih, dengan jiwa yang suci tulus dalam ketaatan kepada Allah Yang Maha Besar. Menuju puncak derajat tertinggi di sisi Allah l yaitu derajat muttaqin, dengan memperbanyak dan mengutamakan istighfar, menyucikan diri dari dosa dan noda, mengharap ampunan dan ridha dari Allah l, serta anugerah taubat dari-Nya, itulah cita harapan kaum mukminin yang termulia, sehingga nilai dunia tiada menjadi tujuan utamanya, maka mereka meninggalkan kecintaan dunia yang amat hina. Mereka menjadikan diri mereka sebagai musafir dalam perjalanan panjang ke alam Akhirat yang sedang berteduh di bawah naungan pohon dunia, maka bekal mereka adalah kewaspadaan, taqwa, bersungguh-sungguh melaksanakan ketaatan dan bersungguh-sungguh menghindari kemak-siatan, bersungguh-sungguh mengharap keridhoan Allah l dan bersungguh-sungguh pula memohon ampunan-Nya. Itulah derajat yang tertinggi, itulah nasib yang paling menguntungkan. Itulah jalan kebahagiaan. Itulah hidayah yang telah diajarkan oleh Pemimpin Agung umat manusia, Rasulullah Muhammad n. (Waznin Mahfudz)

19 GAMBARAN MULIANYA SEORANG PEREMPUAN

1. Doa perempuan lebih makbul daripada lelaki karena sifat penyayangnya yang lebih kuat daripada lelaki. Ketika ditanya kepada Rasulullah akan hal tersebut, jawab baginda, “Ibu lebih penyayang daripada bapak dan doa orangyang penyayang tidak akan sia-sia”.2. Apabila seseorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya, maka beristighfarlah para malaikat untuknya. Allah mencatatkan baginya setiap hari dengan 1.000 kebajikan dan menghapuskan darinya 1.000 kejahatan.3. Apabila seseorang perempuan mulai sakit hendak bersalin, maka Allah mencatatkan baginya pahala orang yang berjihad pada jalan Allah.4. Apabila seseorang perempuan melahirkan anak, keluarlah dia dari dosa-dosa seperti keadaan ibunya melahirkannya.5. Apabila telah lahir anak lalu disusui, maka bagi ibu itu setiap satu tegukan daripada susunya diberi satu kebajikan.6. Apabila semalaman ibu tidak tidur dan memelihara anaknya yang sakit, maka Allah memberinya pahala seperti memerdekakan 70 hamba dengan ikhlas untuk membela agama Allah.7. Barangsiapa yang menggembirakan anak perempuannya, derajatnya seumpamaorang yang sentiasa menangis karena takut akan Allah dan orang yang takut akan Allah, akan diharamkan api neraka ke atas tubuhnya.8. Barangsiapa membawa hadiah, (barang makanan dari pasar ke rumah lalu diberikan kepada keluarganya, maka pahalanya seperti bersedekah. Hendaklah mendahulukan anak perempuan daripada anak lelaki. Maka barangsiapa yang menyukakan anak perempuan seolah-olah dia memerdekakan anak NabiIsmail.9. Tiap perempuan yang menolong suaminya dalam urusan agama, maka Allah memasukkan dia ke dalam syurga lebih dahulu daripada suaminya(10.000 tahun).10. Perempuan apabila sembahyang lima waktu, puasa bulan Ramadhan,memelihara kehormatannya serta taat akan suaminya, masuklah dia dari pintu syurga mana saja yang dikehendaki.11. Wanita yang solehah (baik) itu lebih baik daripada 1.000 lelaki yang soleh.12. Aisyah berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah, siapakah yang lebih besar haknya terhadap wanita? Jawab Rasulullah, “Suaminya. “Siapa pula yang berhak terhadap lelaki?” Jawab Rasulullah, “Ibunya”.13. Apabila memanggil akan engkau dua orang ibu bapakmu, maka jawablah panggilan ibumu dahulu.14. Wanita yang taat akan suaminya, semua ikan-ikan di laut, burung diudara, malaikat di langit, matahari dan bulan semua beristighfar baginya selama dia taat kepada suami serta menjaga sembahyang dan puasanya.15. Wanita yang taat berkhidmat kepada suaminya akan tertutup pintu-pintu neraka dan terbuka pintu-pintu syurga. Masuklah dari mana-mana pintu yang dia kehendaki dengan tidak dihisab.16. Syurga itu di bawah tapak kaki ibu.17. Wanita yang tinggal bersama anak-anaknya akan tinggal bersama aku Nabi SAW) di dalam syurga.18. Barangsiapa mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan atau dua anak perempuan atau dua saudara perempuan lalu dia bersikap ihsan dalam pergaulan dengan mereka dan mendidik mereka dengan penuh rasa takwa serta bertanggungjawab, maka baginya syurga.19. Dari Aisyah r.a., Barangsiapa yang diuji dengan sesuatu daripada anak-anak perempuan lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya daripada api neraka.semoga kita menjadi mar’ah sholehah :)yang lebih baik dari dunia dan seisinya

SHOLAT ISTIHARAH

Lafaz niat sholat istiharah dan
cara pngerjaannya di sertai do’a
Assalamualaikum sobat
Dalam menjalani hidup suatu saat
tentu kita akan di hadapi dengan suatu
pilihan yang sulit kita tentukan mana
yang terbaik untuk kita namun kita
ragu untuk menentukan pilihan.
Dalam situasi yang seperti ini,
hendaklah kita berserah kepada allah
swt, meminta petunjuk kepadanya
dengan sholat istikharah agar kita bisa
menentukan yang terbaik untuk kita.
Karna allah yang maha mengetahui
segalanya.
Sebagai mana firman allah dalam
al’qur’an
Allah Ta’ala berfirman:
ﻭَﺭَﺑُّﻚَ ﻳَﺨْﻠُﻖُ ﻣَﺎ ﻳَﺸَﺎﺀُ ﻭَﻳَﺨْﺘَﺎﺭُ ﻣَﺎ ﻛَﺎﻥَ ﻟَﻬُﻢُ ﺍﻟْﺨِﻴَﺮَﺓُ ﺳُﺒْﺤَﺎﻥَ ﺍﻟﻠَّﻪِ
ﻭَﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﻋَﻤَّﺎ ﻳُﺸْﺮِﻛُﻮﻥَ . ﻭَﺭَﺑُّﻚَ ﻳَﻌْﻠَﻢُ ﻣَﺎ ﺗُﻜِﻦُّ ﺻُﺪُﻭﺭُﻫُﻢْ ﻭَﻣَﺎ
ﻳُﻌْﻠِﻨُﻮﻥَ . ﻭَﻫُﻮَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻻ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﻫُﻮَ ﻟَﻪُ ﺍﻟْﺤَﻤْﺪُ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺄُﻭﻟَﻰ
ﻭَﺍﻟْﺂﺧِﺮَﺓِ
ﻭَﻟَﻪُ ﺍﻟْﺤُﻜْﻢُ ﻭَﺇِﻟَﻴْﻪِ ﺗُﺮْﺟَﻌُﻮﻥَ
“Dan Rabbmu menciptakan apa yang Dia
kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali
tidak ada pilihan bagi mereka. Maha
Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa
yang mereka persekutukan (dengan
Dia). Dan Tuhanmu mengetahui apa
yang disembunyikan (dalam) dada
mereka dan apa yang mereka nyatakan.
Dan Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang
berhak disembah) melainkan Dia, bagi-
Nyalah segala puji di dunia dan di
akhirat, dan bagi-Nyalah segala
penentuan dan hanya kepada-Nyalah
kalian
dikembalikan.” (QS. Al-Qashash:
68-70)
Cara pelaksanaan sholat istikharah.
Adapun cara pelaksanaan sholat
istikharah hampir sama dengan sholat
sunnat lain pada umumnya.
Lafaz niat sholat istikharah
Ushalli Sunnatal Istikharaati
Rak’ataini Lillahi Ta’aala
Artinya:
Sahaja Aku sembahyang sunnat
istikharah 2 rakat kerana Allah Ta’ala
Kemudian melakukan :
1. Takbir (Allahu Akbar) seraya
membaca niat dalam hati : Saya sholat
istikharah 2 rakaat karena Allah
Ta’ala
2. Kemudian membaca surat al-fatihah
dilanjutkan dengan surat Al’
kafirun,lanjutkan seperti
melaksanakan sholat sunnah biasa
(ruku’, i’tidal, sujud dsb)
3. Pada raka’at kedua kembali
membaca alfatihah lalu dilanjutkan
membaca surat Al’Ikhlash, lanjutkan
seperti melaksanakan sholat sunnah
biasa (ruku’, i’tidal, sujud dsb)
4. Salam
Setelah melaksanakan sholat 2 raka’at
bisa langsung berdo’a untuk memohon
pilihan yang terbaik menurut Allah
Ini dia do’anya sob..
ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺇِﻧِّﻲ ﺃَﺳْﺘَﺨِﻴﺮُﻙَ ﺑِﻌِﻠْﻤِﻚَ ﻭَﺃَﺳْﺘَﻘْﺪِﺭُﻙَ
ﺑِﻘُﺪْﺭَﺗِﻚَ ﻭَﺃَﺳْﺄَﻟُﻚَ ﻣِﻦْ ﻓَﻀْﻠِﻚَ ﺍﻟْﻌَﻈِﻴﻢِ
ﻓَﺈِﻧَّﻚَ ﺗَﻘْﺪِﺭُ ﻭَﻟَﺎ ﺃَﻗْﺪِﺭُ ﻭَﺗَﻌْﻠَﻢُ ﻭَﻟَﺎ ﺃَﻋْﻠَﻢُ
ﻭَﺃَﻧْﺖَ ﻋَﻠَّﺎﻡُ ﺍﻟْﻐُﻴُﻮﺏِ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺇِﻥْ ﻛُﻨْﺖَ
ﺗَﻌْﻠَﻢُ ﺃَﻥَّ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟْﺄَﻣْﺮَ ﺧَﻴْﺮٌ ﻟِﻲ ﻓِﻲ ﺩِﻳﻨِﻲ
ﻭَﻣَﻌَﺎﺷِﻲ ﻭَﻋَﺎﻗِﺒَﺔِ ﺃَﻣْﺮِﻱ ﺃَﻭْ ﻗَﺎﻝَ ﻋَﺎﺟِﻞِ
ﺃَﻣْﺮِﻱ ﻭَﺁﺟِﻠِﻪِ ﻓَﺎﻗْﺪُﺭْﻩُ ﻟِﻲ ﻭَﻳَﺴِّﺮْﻩُ ﻟِﻲ ﺛُﻢَّ
ﺑَﺎﺭِﻙْ ﻟِﻲ ﻓِﻴﻪِ ﻭَﺇِﻥْ ﻛُﻨْﺖَ ﺗَﻌْﻠَﻢُ ﺃَﻥَّ ﻫَﺬَﺍ
ﺍﻟْﺄَﻣْﺮَ ﺷَﺮٌّ ﻟِﻲ ﻓِﻲ ﺩِﻳﻨِﻲ ﻭَﻣَﻌَﺎﺷِﻲ ﻭَﻋَﺎﻗِﺒَﺔِ
ﺃَﻣْﺮِﻱ ﺃَﻭْ ﻗَﺎﻝَ ﻓِﻲ ﻋَﺎﺟِﻞِ ﺃَﻣْﺮِﻱ ﻭَﺁﺟِﻠِﻪِ
ﻓَﺎﺻْﺮِﻓْﻪُ ﻋَﻨِّﻲ ﻭَﺍﺻْﺮِﻓْﻨِﻲ ﻋَﻨْﻪُ ﻭَﺍﻗْﺪُﺭْ ﻟِﻲ
ﺍﻟْﺨَﻴْﺮَ ﺣَﻴْﺚُ ﻛَﺎﻥَ ﺛُﻢَّ ﺃَﺭْﺿِﻨِﻲ ﺑﻪ
Allahumma inniy astakhiiruka bi‘ilmika
wa astaqdiruka biqudratika wa as-
aluka min fadhlikal ‘azhim,fainnaka
taqdiru wa laa aqdiru wa ta’lamu wa
laa ‘Abdullah’lamu wa anta ‘allaamul
ghuyuub. Allahumma in kunta ta’lamu
anna haadzal amru khairul liy fiy diiniy
wa ma’aasyiy wa‘aaqibati amriy” atau;
‘Aajili amriy wa aajilihi faqdurhu liy
wa yassirhu liy tsumma baarik liy fiihi.
Wa in kunta ta’lamu anna haadzal
amru syarrul liy fiy diiniy wa
ma’aasyiy wa‘aaqibati amriy” aw
qaola; fiy ‘aajili amriy wa aajilihi
fashrifhu ‘anniy washrifniy ‘anhu
waqdurliyl khaira haitsu kaana tsumma
ardify bihi.”
Artinya:
ya allah, sesungguhnya aku memohon
pilihan (yang tepat) kepadamu dengan
ilmu (yang ada pada)-mu. Dan aku
memohon kekuasaan mu (untuk
menyelesaikan urusan) dengan
kodratmu. Dan aku memohon kepadamu
sebagian karuniamu yang agung, karna
sesungguhnya engkau maha kuasa dan
aku tidak berkuasa. Dan engkau maha
tahu sedangkan aku tidak tahu, dan
engkau maha mengetahui perkara yang
gaib.
Ya allah, sekiranya engkau tahu bahwa
urusan ini……… [sebutkan urusan yang
dimaksud] untukku, agamaku dan
kehidupanku, serta lebih baik pula
akibatnya di dunia dan alhirat. Maka,
takdirkanlah dan mudahkanlah urusan
ini bagiku. Kemudian berkahilah aku
dalam urusan ini.
Dan sekiranya engkau tahu bahwa
urusan ini …….. [sebutkan urusan
yang dimaksud] lebih buruk untukku,
agamaku, dan kehidupanku, serta lebih
buruk pula akibatnya di dunia dan
akhirat. Maka jauhkanlah urusan ini
dariku. Dan takdirkanlah kebaikan
untukku dimanapun dan jadikanlah aku
ridha menerimanya.
Waktu pepaksanaan sholat istikharah.
waktu yang paling tepat untuk
pelaksanaan sholat istikharah adala
akhir sepertiga malam yaitu sekitar
pukul 02:00 am sampai datangnya
waktu subuh.

Kamis, 26 Juni 2014

DOA UNTUK YANG JAUH DISANA

Ya ALLAH,Seandainya telah Engkau catatkan dia akan menjadi menapaki hidup, satukanlah hatinya dengan hatiku. Titipkanlah kebahagian di antara kami agar kemesraan itu abadi untuk meraih surga dunia akhirat-Mu.Ya Allah, ya Tuhanku yang Maha Mengasihi, seiringkanlah kami melayari bahtera hidup ini ke tepian yang sejahtera dan harmonis penuh belas kasih dan cinta.Tetapi ya Allah, seandainya telah Engkau takdirkan dia bukan milikku, bawalah ia jauh dari pandanganku. Luputkanlah Hapuskanlah ia dari ingatanku. Ambillah kebahagiaan ketika dia ada disisiku. Dan, peliharalah aku dari kekecewaan.Ya Allah, ya Tuhanku yang Maha Mengerti, berikanlah aku kekuatan melontar bayangannya jauh ke dada langit. Hilang bersama senja nan merah. Agar kubisa berbahagia walaupun tanpa bersama dengannya.Ya Allah, gantikanlah yang telah hilang. Tumbuhkanlah kembali yang telah patah walaupun tidak sama dengan dirinya.Ya Allah, ya Tuhanku, pasrahkanlah aku dengan takdir-Mu. Sesungguhnya, apa yang telah Engkau takdirkan adalah yang terbaik untukku. Karena, Engkau Maha Mengetahui segala yang terbaik untuk hamba-Mu ini.Ya Allah, cukuplah Engkau saja yang menjadi pemeliharaku di dunia dan di akhirat. Dengarlah rintihan dari hamba-Mu  yang dhaif ini. Jangan Engkau biarkan aku sendirian di dunia ini maupun di akhirat. Menjerumuskan aku ke arah kemaksiatan dan kemungkaran. Maka, karuniakanlah aku seorang pasangan yang beriman. Supaya aku dan dia dapat membina kesejahteraan hidup ke jalan yang Engkau ridhai.Karuniakanlah padaku keturunan yang shaleh dan shalehah. Sosok mujahid mujahidah tangguh pilihan yang menjadi amal tiada putus bagi kedua orantuanya.Aamiiin…Ya Allah… Ya Robbal ‘Alamin

Indah♡♡♥♥

JARAK JAUH MENJALIN KASIH

Mudah juga tidak mudah bagi seseorang yang menjalani hubungan jarak jauh. Banyak kendala juga tantangan yang pasti akan dihadapi. Bertahan atau tidak dengan hubungan jarak jauh tersebut, tergantung dari diri masing-masing.Hubungan jarak jauh bisa memberikan kebahagiaan yang berbeda, namun bisa juga memberikan tekanan bagi sebagian diantara orang yang mengalami. Apapun keadaannya, ada beberapa hal penting untuk diperhatikan dalam menjalani hubungan jarak jauh.KepercayaanSaling percaya, merupakan hal terpenting bagi pelaku LDR. tidak akan berjalan lancar jika keduanya tidak saling percaya. Saling curiga dengan pasangan merupakan tindakan yang buruk dan bisa merusak hubungan seperti itu. Apabila saat ini jauh dengan pasangan, hendaklah percaya dengan dirinya. Itu akan membuat keadaan menjadi lebih baik.Tetap SetiaTetap setia meskipun dirinya jauh disana. Tidak menyalahgunakan kepercayaan yang sudah dia berikan. Hanya satu yang perlu diingat, kita sudah ada yang punya. Tidak akan mendapatkan kebahagiaan dari hubungan jarak jauh tersebut jika kita dengan mudah mencoba mencari kebahagiaan dari orang lain. Tidak sulit untuk itu, cukup dengan membayangkan berada diposisinya saat berniat melakukan hal itu. Setia itu penting.PertemuanMeskipun hanya sesaat dan sekali dalam jangka waktu tertentu, usahakan bisa bertemu muka. Atur pertemuan sesekali untuk membuatnya tetap berjalan. Memang sulit, tapi kalau bisa kenapa tidak. Tapi jika memang benar-benar tidak memungkinkan, perhatikan hal yang selanjutnya.KomunikasiTetap jaga komunikasi dengan dirinya setiap saat. Setidaknya dalam waktu luang bisa melakukan itu. Memutus komunikasi tanpa kabar sebaiknya tidak dilakukan meskipun sedang ada pertengkaran jarak jauh. Kecuali memang keadaan yang benar-benar mendesak.Saat-saat istimewaHari istimewa seperti ulang tahun, hari jadi, atau hal lain sebaiknya rayakan berdua. Meskipun tidak secara langsung, tapi setidaknya ada ucapan atau kalau bisa kiriman suatu hadiah istimewa.Jarak bukan penghalangJangan jadikan jarak sebagai penghalang cinta terhadap dirinya. Jadikan hal itu sebagai sebuah penyimpanan. Penyimpanan yang bisa suatu saat diambil ketika ada dirinya dihadapan kita. Ini penting, karena masalah jarak seseorang bisa dengan mudah berpaling.

TULUS CINTA

Belajar mencitai dengan tulus hati seseorang bisa dibilang susah-susah gampang, kenapa begitu?? Banyak dari kita yang katanya sayang dan cinta ternyata mereka tidak bisa mecintai dengan rasa yang tulus, tidak mau menerima kekurangan yang ada pada pasangan kita. padahal arti cinta yang sesungguhnya adalah bisa menerima kekurangan dan kelebihan yang dimiliki pasangan kita, mau menerima apa adanya.Trus, bagaimana kita bisa mencintai seseorang dengan rasa yang tulus??Rasa tulus itu hanya bisa tumbuh dari hati, dan bukan dari paksaan dari apapun dan siapapun. Rasa tulus itu sendiri belum tentu bisa semua orang memilikinya. Sudah banyak kejadian di masyarakat kita. kata-kata yang keluar dari mulut mengatakan jika cintanya itu tulus, tapi ketulusan itu disebabkan faktor X. faktor X itu sendiri banyak, kalian sendiri pasti sudah bisa menyimpulkan yang dimaksud denga faktor X tersebut.Oleh karena itu, sebelum kita berkomitmen, belajarlah mencintai seseorang dengan tulus, aku yakin, dengan rasa dasar yang tulus, pasti keadaan yang didapatkan akan indah. Indahnya cinta itu karena ketulusan. Bertahannya cinta juga karena rasa tulus dalam menjalin hubungan.Meski pasangan kita tidak berada disamping kita, jika dari awal kita berkomitmen itu dengan tulus, pastilah sebuah hubungan itu akan solid terjaga. Seperti lirik lagu tetap disini menunggumu, itu memiliki arti yang dalam untuk seseorang yang menjalin hubungan jarak jauh.Jadi, jangan pernah takut untuk membina hubungan, jika kita memiliki rasa tulus yang kuat, aku yakin kalian semua pasti akan mendapatkan sebuah pengalaman yang indah dan terjaga hingga akhir waktu.

BIDADARI

Sesungguhnya segala kenikmatan yang ada di surga tidak bisa dikhayalkan oleh benak kita.عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ اللهُ : أَعْدَدَتُ لِعِبَادِيَ الصَّالِحِيْنَ مَا لاَ عَيْنٌ رَأَتْ وَلاَ أُذُنٌ سَمِعَتْ وَلاَ خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَر، وَاقْرَأُوا إِنْ شِئْتُمْ فَلاَ تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَDari Abu Huroiroh, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda : “Allah telah berfirman : Aku telah menyiapkan bagi hamba-hambaku yang sholeh (di surga) kenikmatan-kenikmatan yang tidak pernah terlihat oleh mata-mata, dan tidak pernah terdengar oleh telinga-telinga, dan tidak pernah terbetik dalam benak manusia”,Jika kalian ingin maka silahkan bacalah (firman Allah) :فَلا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ“Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai Balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan” (QS As-Sajdah : 17) (HR Al-Bukhari no 3072 dan Muslim no 7310)Apa saja kenikmatan yang ada di surga tidak bisa dibayangkan oleh kita. Meskipun nama-nama kenikmatan-kenikmatan yang ada di surga kita ketahui sebagaimana kenikmatan-kenikmatan yang ada di dunia, akan tetapi hakekat keduanya berbeda. Yang sama hanyalah nama, adapun hakekat berbeda. Di surga ada anggur, delima, kurma dan buah-buah yang lain akan tetapi tidak sama hakekatnya dengan anggur, kurma, dan delima yang ada di bumi. Sebagaimana hakekatnya berbeda, demikian juga kelezatan yang dirasakan berbeda. Demikian juga benda-benda yang lain yang ada di surga, seperti emas, perak, mutiara, sungai, khomr, madu, istana, dan lain-lain, hakekatnya dan kelezatannya semua berbeda dengan apa yang ada di bumi. Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhumaa pernah berkata:لَيْسَ فِى الْجَنَّةِ شَيْءٌ مِمَّا فِى الدُّنْيَا إِلاَّ الأَسْمَاءَ“Tidak ada sesuatupun yang ada di surga dari perkara-perkara yang ada di dunia kecuali hanya sekedar nama-nama” (Atsar ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam As-Shahihah no 2188)Demikian pula dengan wanita surga berbeda dengan wanita dunia, meskipun namanya sama-sama wanita akan tetapi hakekat diantara keduanya sangat jauh berbeda. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkata tentang wanita surga :وَلَوْ أَنَّ امْرَأَةً مِنْ نِسَاءِ أَهْلِ الْجَنَّةِ اطَّلَعَتْ إِلَى الْأَرْضِ لَأَضَاءَتْ مَا بَيْنَهُمَا وَلَمَلأَتْ مَا بَيْنَهُمَا رِيْحًا وَلَنَصِيْفُهَا – يَعْنِي الْخِمَارَ – خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا“Kalau seandainya seorang wanita surga muncul ke dunia maka dia akan menyinari antara bumi dan langit, dan akan memenuhi bau yang semerbak antara bumi dan langit, dan sungguh kerudungnya lebih baik daripada dunia dan seisinya” (HR Al-Bukhari no 6199) Tentu jika kita membaca hadits ini maka kita tidak akan mampu untuk membayangkan tentang bidadari tersebut. Bidadari yang begitu bercahaya dan begitu harum.. bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menekankan bahwasanya kerudung yang ada di atas kepala bidadari ternyata lebih baik dari pada dunia dan seisinya. Padahal kita tahu bahwa di antara isi dunia adalah kecantikan-kecantika wanita dunia…akan tetapi ternyata kecantikan-kecantikan para wanita dunia masih kalah dengan kerudung bidadari. Maka bagaimana lagi dengan wajah bidadari…???Dan jika kita menelaah hadits-hadits yang lain tentang sifat-sifat bidadari maka kita akan semakin yakin akan ketidakmampuan kita untuk membayangkan hakekat bidadari. Bagaimana kita bisa membayangkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang bidadari berikut ini:كَبِدُهَا مِرْآتُهُ وَكَبِدُهُ مِرْآتُهَا“Hati sang bidadari merupakan cermin bagi sang lelaki dan hati sang lelaki juga menjadi cermin bagi sang bidadari”.(Hadits ini di shahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih at-Targhiib wa at-Tarhiib 3/227 no 3591)Demikian juga sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :يُرَى مُخُ سَاقِهَا مِنْ وَرَاءِ لَحْمِهَا مِنَ الْحُسْنِ“Bidadari tersebut terlihat sum-sum tulang betisnya di belakang dagingnya karena indahnya” (HR Al-Bukhari no 3074 dan Muslim  no 7330)Ali Al-Qoori berkata:((مِنَ الْحُسْنِ)) أَيْ مِنْ أَجْلِ لَطَافَةِ خِلْقَتِهِنَّ، قَالَ الطِّيْبِي رَحِمَهُ اللهُ : هُوَ تَتْمِيْمٌ صَوْنًا مِنْ تَوَهُّمِ مَا يُتَصَوَّرُ مِنْ تِلْكَ الرُّؤْيَةِ مِمَّا يَنْفُرُ عَنْهُ الطَّبَعُ، وَالْحُسْنُ هُوَ الصَّفَاءُ وَرْقَّةُ الْبَشَرَةِ وَنُعُوْمَةُ الْأَعْضَاءِ“Sabda Nabi ((Karena indahnya)) yaitu karena lembutnya dan halusnya tubuh para bidadari. At-Thiibi rahimahullah berkata : Sabda Nabi ini merupakan penyempurnaan untuk menjaga agar jangan sampai disalah pahami, disangka ini merupakan pandangan yang dirasa ngeri oleh tabi’at. Dan sabda Nabi ((keindahan)) yaitu bersih dan lembutnya kulit serta halusnya anggota-anggota tubuh” (Mirqootul Mafaatiih 16/226)Tentang putihnya bidadari, Allah berfirman :كَأَنَّهُنَّ بَيْضٌ مَكْنُونٌ (٤٩)“Seakan-akan mereka adalah telur yang tersimpan dengan baik” (QS As-Shooffaat : 49)Ibnu Abbas berkata اللُّؤْلُؤْ الْمَكْنُوْنُ ((yaitu mutiara-mutiara putih yang tersimpan)) (lihat Ad-Dur Al-Mantsuur 7/89) Yang hal ini menunjukkan bagaimana sempurnanya putihnya para bidadari, karena putihnya  mereka adalah putih yang terjaga dari segala sentuhan. Ibarat mutiara-mutiara yang putih yang tersimpan kokoh dalam cangkangnya, terjaga dari segala sentuhan, terjaga dari sinar matahari, terjaga dari segala sesuatu yang bisa mencoreng murninya dan bersihnya warna putih tersebut. Demikian pula para bidadari, putih tubuh mereka sempurna. Allah telah mengabungkan sifat putihnya bidadari dan juga bening dan bersihnya bidadari dalam firman :كَأَنَّهُنَّ الْيَاقُوتُ وَالْمَرْجَانُ (٥٨)“Seakan-akan para bidadari itu permata yakut dan mutiara” (QS Ar-Rahman : 58).Qotaadah dan Al-Hasan Al-Bashri rahimahumallahu berkata tentang ayat ini :فِي صَفَاءِ الْيَاقُوْتِ وَبَيَاضِ اللُّؤْلُؤِ“Para bidadari seperti permata dalam hal bening tubuh mereka dan seperti mutiara dalam putihnya” (Lihat Ad-Dur Al-Mantsuur 7/712)Putih dan beningnya bidadari tersebut ternyata terlihat di balik 70 gaun indah yang dipakainya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :لِكُلِّ رَجُلٍ مِنْهُمْ زَوْجَتَانِ عَلَى كُلِّ زَوْجَةٍ سَبْعُوْنَ حُلَّةً يَبْدُو مُخُ سَاقِهَا مِنْ وَرَائِهَا“Bagi setiap penghuni surga dua istri (dari bidadari), yang masing-masing bidadari tersebut memakai 70 gaun, nampak sum-sum betisnya di balik 70 gaun tersebut” (Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam As-Shahihah no 1736)Dalam hadits yang lainإِنَّ الْمَرْأَةَ مِنْ نِسَاءِ أَهْلِ الْجَنَّةِ لَيُرَى بَيَاضُ سَاقِهَا مِنْ وَرَاءِ سَبْعِيْنَ حُلَّةً“Sesungguhnya seorang wanita surga sungguh terlihat putih betisnya di balik 70 gaun” (HR At-Thirmidzi no 2533 ini didho’ifkan oleh Syaikh Al-Albani)Maka bagaimana kita bisa mengkhayalkan ini semua, bagaimana bisa beningnya tubuh bidadari (bahkan sum-sum tulang betisnya) bisa terlihat di balik 70 gaun…?? Seperti apakah putihnya kulit bidadari sehingga bisa terlihat di balik 70 gaun…??. Tentunya akal kita tidak sampai untuk bisa mengkhayalkan ini semua…jangankan untuk mengkhayalkan bidadari…bahkan untuk mengkhayalkan kerudungnya saja (yang dikatakan oleh Nabi bahwa kerudung bidadari lebih baik dari dunia dan seisinya) kita tidak mampu…untuk mengkhayal gaun yang dipakai bidadari bagaimana modelnya dan dari apa bahannya kita tidak mampu…, maka bagaimana lagi dengan bidadari itu sendiri??!!.Bayangkan jika anda adalah sang penghuni surga…, lantas anda bertemu dengan sang bidadari… lantas andapun melepaskan 70 gaun sang bidadari tersebut satu persatu… sementara bening dan putihnya betis bidadari sudah terlihat…, bagaimana anda tidak bersemangat untuk melepaskan gaun-gaun indah tersebut..??!!Selain itu kemampuan kita untuk mengkhayal terbatas… kemampuan kita mengkhayal adalah didukung oleh penangkapan panca indra kita, kita hanya bisa menganalogikan khayalan kita dengan apa yang pernah kita tangkap dengan panca indra kita. Karenanya kita hanya bisa mampu menghayal wanita tercantik yang pernah kita lihat di dunia ini, lebih dari itu maka otak kita tidak mampu. Sebagaimana jika kita memaksakan diri kita untuk menghayalkan bagaimana tampannya Nabi Yusuf ‘alaihi salam yang menjadikan para wanita mengiris-ngiris tangan-tangan mereka dengan tidak sadar karena takjub dengan ketampanan beliau ‘alaihi salam, maka kita tidak akan mampu menghayalkan ketampanan beliau. Kita hanya bisa mengkhayalkan lelaki tertampan yang pernah kita lihat di dunia ini.Karenanya sifat-sifat bidadari yang akan dijelaskan dalam tulisan ini hanyalah sebagai penggambaran akan cantik dan moleknya para bidadari, akan tetapi hakekat yang sebenarnya tidak akan bisa kita khayalkan…kita hanya bisa mengetahui hekekat para bidadari yang sebenarnya jika kita melihat langsung bidadari-bidadari tersebut… Yaa Allah mudahkanlah kami untuk melihat mereka dan mendekap mereka…aaamiiin… yaa Allah ampunilah dosa-dosa kami, pandangan kami yang tidak kami jaga…, janganlah Engkau menjadikan dosa-dosa kami sebagai penghalang kami untuk mengecup bibir para bidadari…

Selasa, 24 Juni 2014

CURAHAN ISI HATI DIDALAM SANUBARI

Setelah sekian lama hati ku sepi, tetapi sejak hadirnya dirimu terobatilah kesepian ini. Seiring waktu berjalan kitapun semakin dekat dan dekat. Hingga akhirnya rasa kash sayang pun timbul.
Jujur aku mencintai mu. Tpi yang kuinginkan adalh cinta yang tulus lahir dari hati sanubari, cinta yang menerima apa adanya, cinta yang sederhana, bukan cina pelarian semata, yang singgah sekejap, bukan untuk menguntungkan diri sendiri.
Didalam hubungan yang tulus perlu didasari dengan.
1.kejujuran
2.ketulusan
3.keikhlasan
4.pengertian
5.perhatian
6.kemesraan
7.komunikasi
Itulah 7 kunci/prinsip yang harus ada pada suatu hubungan, dan insa allah kalau itu diterapkan itu akan langeng dan memudahkan untuk menuju finising atu pernikahan.

Aku memang bukan orang yang sempurna dan aku juga bukan orang kaya dan aku juga bukan orang yang ganteng  itulah yang harus kau tau. Yang kupunya hanya cinta yang tulus, inilah aku yang apa adanya.

Kenal dirimupun  aku sudah teramat senang apa lagi memilikimu. Aku ini tulus dan selalu serius maka dari itu jangan kau hancurkan  ketulusan ku ini. Karna hati tidak bakalan bohong. Bila dalam hati mu ada kebohongan maka lambat laun hancurlah suatu hubungan itu.

Yang kurasakan saat ini adalah kegelisahan, kebimbangan dan kepastian darimu yang sejujurnya,,???
Berilah jawabanmu walau menyakitkan daripada ada kebohongan diantara kita.

Walau ini semua masih dilanda harapan tapi aku selalu ber do'a agar harapan ini  terkabulkan dan menjadi kenyataan dan aku yakin itu.
Dan akan indah pada akhirnya..

Terimakash kau telah mengisi hati ini walau jarak dan waktu memisahkan kita.
Terimakash Embun pagi yang selalu menyejukan hati ku. "" seumur hidupku  baru kali ini merasakan kehangatan seorang yang cinta walau lewat diudara terasa bahagia bisa membawa ku kedalam mimpi, baru pertama seumur hidupku merasakan kehangatan seorang cowo""dan  Selalu ku ingat kata2 mu ini.

Tenks..!!!

MEMBINA RUMAH TANGGA YANG SAKINAH WAROHMAH

Perempuan adalah ciptaan Allâh yang hadir atas nama cinta. Hawa adalah perempuan pertama yang diciptakan atas dasar cinta Allâh kepada Adam. Dia diciptakan untuk menjadi pasangan bagi Adam atas kehendak Allâh sendiri kerna manusia itu diciptakan semuanya berpasangan. Firman Allâh:““12. dan (Dia lah) Yang menciptakan sekalian makhluk Yang berbagai jenisnya; dan ia mengadakan bagi kamu kapal-kapal dan binatang ternak Yang kamu dapat mengenderainya, (QS al-Dhukhan [44]: 12) Di dalam ayat lain, Allâh berfirman,“1. Wahai sekalian manusia! bertaqwalah kepada Tuhan kamu Yang telah menjadikan kamu (bermula) dari diri Yang satu (Adam), dan Yang menjadikan daripada (Adam) itu pasangannya (isterinya -Hawa), dan juga yang membiakkan dari keduanya -dzuriat keturunan- lelaki dan perempuan yang ramai, dan bertaqwalah kepada Allâh Yang kamu selalu meminta dengan menyebut-nyebut nama-Nya, serta peliharalah hubungan (silaturrahim) kaum kerabat, kerana sesungguhnya Allâh senantiasa memerhati (mengawas) kamu.” (QS al-Nisâ’[5]: 1)Dari keturunan Adam dan Hawa lahirlah anak keturunannya laki-laki dan perempuan yang berkembang biak hingga saat ini. Dengan berjalannya waktu telah kita saksikan manusia meletakkan derajat seorang perempuan di tahap yang paling bawah. Anak perempuan dibunuh, golongan perempuan dijadikan alat pemuas nafsu laki-laki, perempauan diperlakukan dengan kasar dan hina sehingga Islam datang yang dibawa oleh Nabi Muhammadshallallâhu ‘alaihi wa sallam dengan membawa risalah untuk mengangkat derajat perempuan pada kedudukan yang labih baik dan mulia. Selanjutnya anak keturunan Hawa ini diangkat menjadi tinggi martabatnya dalam Islam.Perempuan adalah insan mukalaf sama seperti laki-laki, di tuntut supaya beribadah kepada Allâh Subhânahu wa Ta’âlâ bahkan Islam yang indah ini datang mengakui kaum perempuan berhak mendapat penghargaan sebagai seorang ibu, isteri dan anak perempuan. Mereka juga bertanggungjawab sepenuhnya atas perilaku di dunia dan di akhirat, Islam memberikan hak harta untuk membelanjakannya serta mengurusnya. Berdasarkan prinsip umum, perempuan adalah sama seperti laki-laki dari segi memikul tuntutan syara’ melainkan apa yang dikecualikan oleh Allâh Subhânahu wa Ta’âlâ. Allâh berfirman dalam al-Qur’ân, “195. Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman), “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain.[1] Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allâh, dan Allâh pada sisi-Nya pahala yang baik.” (QS Ali ‘Imrân[3]:195)            Islam menjunjung tinggi martabat kaum perempuan yang taat kepada Allâh dan Rasul. Sepanjang zaman kita lihat srikandi-srikandi Islam begitu teguh mempertahankan diri dan muru’ah –kehormatan- serta berjuang kerana Allâh. Walau bagaimanapun memang benar, pernah dikatakan Rasûlullâh bahwa antara golongan yang paling banyak mamasuki neraka adalah perempuan. Namun, jangan kita lupakan bahwa kaum perempuan juga mudah untuk memasuki surga. Bagaimanapun, hari ini banyak kaum perempuan kurang menyadari kemuliaan kedudukan mereka di sisi agama bahkan laranagn dan perintah bukanlah untuk menyusahkan mereka tetapi di situlah letak murninya seorang perempuan.Telah Nabi tinggalkan kepada kita dua perkara utama yang kita harus jadikan panduan dalam menyusuri hidup ini yaitu Kitabullâh dan Sunnahnya. Karena perempuan itu juga adalah manusia yang diciptakan seperti laki-laki melalui proses dari seorang anak perempuan kemudian dilamar menjadi seorang isteri setelah itu menjadi ibu kepada anak-anaknya. Sepanjang proses ini tidak ada sedikit pun Islam mau mengesampingkan kaum perempuan. Betapa Islam menjaga kaum perempuan supaya mereka sadar bahwa fitnah juga turut hadir bersama-samanya supaya mereka sadar terhadap bahaya yang mengancam dirinya agar selamat dari bahaya ini.Perempuan Sebagai AnakDari Ummu Salamah radhiyallâh ‘anhu, “Aku bertanya kepada Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam, “Mengapa kami kaum perempuan tidak dsebutkan (keutamaannya) dalam al-Qur’ân sebagaimana kaum laki-laki?” Rasûlullâhshallallâhu ‘alaihi wa sallam tidak segera menjawab. Namun, pada waktu lain, kulihat beliau berdiri di atas mimbar. Ketika itu, aku sedang menyisir rambut, aku masuk ke salah satu kamar di rumahku. Kupasang pendengaranku di dekat atap masjid yang ketika itu masih terbuat dari pelepah kurma, dan posisinya dekat dengan mimbar masjid. Aku mendengar Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai manusia, sesungguhnya Allâh Subhânahu wa Ta’âlâberfirman dalam Kitab-Nya, “Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang memeluk Islam, laki-laki dan perempuan yang beriman, laki-laki dan perempuan yang taat (kepada Allâh), laki-laki dan perempuan yang (berbuat) benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatan, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allâh, bagi mereka, Allâh telah menyediakan ampunan dan pahala yang besar. “(QS al-Ahzab [3]: 35)Sifat malu adalah karakter yang istimewa bagi kaum perempuan. Jika mereka kehilangan sifat ini mereka akan kehilangan semua kecantikan. Tambahan kepada anak gadis yang masih perawan atau belum nikah. Mereka sedang memikul tanggungjawab dan muru’ah –kehormatan- kedua ibu bapak walau ke mana pun mereka pergi. Walau apa pun yang dilakukan pasti akan menjadi perhatian orang sekeliling. Bahkan mereka juga mudah dijadikan bahan fitnah bagi mereka yang tidak tahu menjaga harga diri. Hal ini amat ketara dan bisa kita lihat pada anak gadis pada zaman modern. Kebanyakan mereka telah hilang rasa malu dan sopan serta kelembutan. Mereka bebas bergaul di kalangan kaum laki-laki dengan perbuatan yang mengairahkan dan berpakaian yang menampakkan aurat sehingga nampaklah lekuk-lekuk tubuhnya. Rasûlullâh bersabda,“Apabila kamu tidak merasa malu maka perbuatlah apa yang kamu kehendaki” (HR. Bukhari)Di zaman Khalifah Umar bin al-Khaththab radhiyallâhu ‘anhu, beliau telah melihat perubahan-perubahan keadaan kaum perempuan di zamannya (wujudnya penggunaan wangi-wangian dan alat solek) lalu beliau melarang perempuan yang biasa ke masjid mengerjakan shalat dan tiada seorang sahabat pun yang menentangi perintah Umar radhiyallâhu ‘anhu ini. Bahkan beberapa perempuan telah mengadu kepada Aisyah radhiyallâhu ‘anha di mana beliau juga bersepakat dengan Umar radhiyallâhu ‘anhu dan berkata, “Sekiranya Rasûlullâh melihat keadaan yang boleh disaksikan wujud di kalangan perempuan pada masa ini Baginda juga melarang mereka dari masuk masjid.”Sebagai seorang anak perempuan bahkan jika sudah bergelar isteri dan ibu, wajib atas mereka memelihara muru’ahdiri dan menutup aurat, sebagaimana Allâh tegaskan,“59. Hai nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin, “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya[2] ke seluruh tubuh mereka”. yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, Karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allâh adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS al-Ahzab[33]: 59)Sayyidah ‘Aisyah radhiyallâhu ‘anha meriwayatkan, Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hai Aisyah, aku berwasiat kepada engkau. Hendaklah engkau senantiasa mengingat wasiatku ini. Sesungguhnya engkau akan senantiasa di dalam kebajikan selama engkau mengingat wasiatku ini…”Intisari wasiat Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam tersebut dirumuskan  sebagai berikut, “Hai, Aisyah, peliharalah dirimu.  Ketahuilah bahwa sebagian besar dari pada kaum-mu (kaum perempuan) adalah menjadi kayu api di dalam neraka”.Diantara sebab-sebabnya ialah mereka itu :Tidak dapat menahan sabar dalam menghadapi kesakitan (kesusahan), tidak sabar apabila  ditimpa musibah.Tidak memuji Allâh Ta’âlâ atas kemurahan-Nya, apabila dikaruniakankan nikmat dan rahmat tidak bersyukur.Mengkufurkan nikmat dan menganggap nikmat bukan dari Allâh.Banyak bicara yang tidak bermanfaat dan sia-sia.Dari Ummu Salamah radhiyallâhu ‘anha, pada suatu malam, Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam bangun tidur lalu berkata, “Tiada Tuhan selain Allâh. Fitnah apa yang diturunkan pada malam ini? Siapakah orang yang telah membangunkan para penghuni kamar? Berapa banyak perempuan berpakaian di dunia tetapi telanjang kelak di hari akhirat?” (HR Al-Bukhari).Apabila mereka telah menjaga muru’ah diri maka mereka telah meringankan beban kedua orang tua mereka. Bahkan mereka juga dapat menghindarkan diri daripada gejala sosial dan maksiat. Sebagaimana yang dapat dilihat hari ini pebagai kasus yang keluar di koran seperti pembuangan bayi, zina, dan rogol, itu semua adalah puncak dari keruntuhan akhlaq yang leluasa di kalangan anak remaja pada masa kini. Siapakah yang harus dipersalahkan? Apakah kurangnya penghayatan kepada hadits Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam,Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda

:من البتلى بشيء من البنات فصبر عليهن كن له حجابا من النار“
Siapa yang diberikan rezeki anak-anak perempuan, kemudian ia bersabar dalam memperlakukan mereka niscaya mereka menjadi penghalang baginya dari api neraka.”Bahkan ia akan masuk surga bersama Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam jika ia bersabar hingga anak-anaknya itu dewasa. Sesuai dengan sabda Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam
,من عال جاريتين حتى يدركا دخلت أناو هو الجنة كهاتين“Siapa yang menanggung kehidupan dua anak perempuannya hingga dewasa, niscaya saya dan dia masuk surga seperti kedua hal ini dan Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam, memberi isyarat dengan dua jari beliau.” (HR Muslim dan Tirmidzi)Pesan lain yang disampaikan Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam ialah taat kepada kedua ibu bapak. Bahkan jika terdengar panggilan antara ibu dan bapak, maka anak harus segera menyahut panggilan ibunya terlebih dahulu, kemudian bapaknya. Ibu sebagai perempuan banyak berkorban demi kebahagiaan anak-anaknya dan suami tercinta. Sesungguhnya surga bagi seorang anak di bawah telapak kaki ibu,الجنة تحت أقدام الأمهاتLafazh ini adalah lafazh masyhur dan tidak didapati dalam sumber-sumber utama hadits. Tetapi maknanya bertepatan dengan satu hadits lain yaitu “Seorang laki-laki yang mau berperang, dan bertemu Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam meminta pandangannya. Baginda bertanya, “Adakah kamu mempunyai ibu?” Jawabnya, “Ya”. Kata Nabi,“Lazimilah dia, karena surga di bawah kakinya”. (Direkod oleh Ahmad dalam Musnad dan Nasâ’i. Sanadnya dinilai shahih oleh Hakim).Perempuan Sebagai Istri     Agama Islam tidak menganggap perkawinan itu hanya untuk memenuhi tuntutan hawa nafsu saja. Setiap pasangan harus memikirkan tanggungjawab mereka bukan saja sekadar suami isteri bahkan sebagai ibu dan bapak. Perempuan adalah perisai dalam rumah tangga kerana memikul tanggungjawab yang sangat besar. Perempuan itu bukanlah barang mainan kaum laki-laki tetapi mereka adalah ciptaan yang mempunyai moral dan rohani yang diamanahkan kepada kaum laki-laki melalui perjanjian luhur (melalui ikatan perkawinan yang sah) di mana AllâhSubhânahu wa Ta’âlâ adalah sebagai saksi untuknya.“21. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS al-Rûm[30]: 21).       “72. Allâh menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezqi dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?”(QS al-Nahl [16]: 72).Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda, bahawa kesopanan dan malu itu sebagian dari iman, oleh karena itu gambaran rumah di mana isteri tidak mempunyai sifat malu dn kesopanan adalah satu yang amat malang sekali. Ia seperti bencana pada kehidupan laki-laki. “26. Perempuan-perempuan yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat perempuan-perempuan yang keji (pula), dan perempuan-perempuan yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk perempuan-perempuan yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezqi yang mulia (surga).”[3] (QS al-Nûr [24]: 26)Hadits Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam menjelaskan beberapa kriteria yang ditetapkan dalam Islam dalam memilih calon isteri. Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,تنكح المرأة لأربع : لمالها ولنسابها ولجمالها ولدينها فاظفر بذات الدين تربت يداك“Perempuan dinikahi karena empat hal yaitu karena harta, keturunan, kecantikan dan agamanya. Maka pilihlah perempuan yang beragama, engkau akan beruntung.”Seterusnya baginda shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,لا تنكح المرأة لجمالها فلعل جمالها يرديها ولا لمالها فلعل مالها يطغيها وانكح المرأة لدينها“Janganlah menikahi perempuan hanya karena kecantikannya, barangkali kecantikannya itu akan mencelakakannya dan jangan hanya karena hartanya, barangkali hartanya membuat dirinya melampaui batas dan nikahilah perempuan karena agamanya.” (HR. Ibnu Majah).Islam mengkehendaki agar para perempuan menjadi isteri yang sentiasa bersyukur dan merasa cukup dengan pemberian Allâh dan keberadaan suaminya. Bersyukurlah dengan rezeqi, kesenangan bahkan ketika mendapat musibah pun harus bersyukur karena itu adalah pemberian dari Allâh. Pemberian Allâh itu bukanlah untuk membebankan hamba-Nya tetapi untuk mendidik mereka menjalani kehidupan ini dengan lebih baik.  Allâh Ta’âlâberfirman,“236. Tidak ada kewajiban membayar (mahar) atas kamu, jika kamu menceraikan isteri-isteri kamu sebelum kamu bercampur dengan mereka dan sebelum kamu menentukan maharnya dan hendaklah kamu berikan suatu mut’ah (pemberian) kepada mereka. Orang yang mampu menurut kemampuannya dan orang yang miskin menurut kemampuannya (pula), yaitu pemberian menurut yang patut yang demikian itu merupakan ketentuan bagi orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS al-Baqarah [2]: 236)Pernikahan yang sukses adalah pernikahan yang didasarkan pada ketenangan dan kedamaian jiwa yang ada pada diri kedua pasangan secara bersamaan. Dalam hal ini Imam Ali radhiyallâhu ‘anhu pernah mengungkapkan, “Tidak ada keberuntungan yang lebih baik yang dirasakan seorang suami kecuali isteri shalihah. Apabila ditatapnya, ia menyenangkannya. Jika suami tidak sedang berada di sisinya, ia mampu menjaga diri dan hartanya.” Resapilah sabda Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam,أعظم النساء بركة أيسرهن مؤنة“Perempuan yang paling banyak berkahnya ialah yang paling mudah beban hidupya.”(HR. Imam Ahmad di dalam al-Musnad, al-Hakim di dalam al-Mustadrak dan al-Baihaqî di dalam Syu’aib al-Imâm)Istri yang ideal ialah istri yang penyayang, pengasih, rendah hati, menjaga kehormatan dan memiliki kecantikan. Cinta antara suami dan isteri tidak hanya sementara dan tidak bekerja untuk tujuan lemah, tetapi cinta tersebut merupakan kecintaan hati yang suci dan jiwa yang hidup. Cinta maknanya adalah pemberian, hasilnya adalah keindahan dan kegembiraan. Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda:حبب إليّ من دنياكم ثلاث : النساء والطيب وجعلت قرة عيني في الصلاة“Ada tiga perkara dari dunia kalian yang membuatku menyukainya yaitu perempuan, minyak wangi dan dijadikan penyejuk mataku di dalam shalat.” (HR al-Nasâ’i di dalam Shahihnya dan al-Hakim di dalam al-Mustadrak).Seorang istri dalam hidupnya bisa menjadi neraka dan surga bagi suaminya. Kedua pihak harus berusaha dalam mengatasi pelbagai masalah yang timbul sehingga setan tidak bisa menghasut berduanya. Maka hendaklah pasangan ini senantiasa berbuat kebaikan dan ketaqwaan kepada Allâh dan ia adalah sebaik-baik bekal dan amalan.“34. Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum perempuan, oleh karena Allâh telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang shaleh, ialah yang taat kepada Allâh lagi memelihara diri[4] ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).[5] Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan nusyuznya[6]. Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya[7]. Sesungguhnya Allâh Maha Tinggi lagi Maha besar.” (QS al-Nisâ’[4]: 34)Rasûlullâh pernah ditanya, “Siapakah perempuan yang terbaik?” Beliau shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Yaitu perempuan yang menyenangkan tatkala dilihat, taat tatkala diperintah, dan tidak menyimpang pada dirinya sendiri dan hartanya dengan melakukan sesuatu yang tidak disukai.” (HR Abû Daud dan al-Nasâ’i dengan sanad yanghasan) Perempuan Sebagai IbuSetelah melalui proses sebagai seorang anak dan isteri, telah menjadi impian semua kaum perempuan untuk menjadi ibu bagi anak-anaknya. Bahkan Islam turut meninggikan martabat ibu yang sungguh mulia. Islam amat memuliakan ibu dan kemuliaan ibu menduduki tempat ke-dua selepas mentaati Allâh Subhânahu wa Ta’âlâ. Justru, AllâhSubhânahu wa Ta’âlâ telah mewajibkan anak-anak memuliakan dan menghormati ibu sekalipun berlainan pegangan agama. Adalah satu kenyataan bahwa ibu mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dibanding bapak. Berdasarkan sifat dan naluri keibuan, maka tidak heran anak-anak lebih mengasihi, dan mengingat serta sering menyebut nama ibu dibanding bapak. Jika sakit, kita lebih suka ibu yang jaga. Kalau hendak makan, kita lebih suka ibu yang masak dan menyuapi. Kalau ingin tidur, kita mau ibu yang tidurkan. Kalau ingin nikah, ibu juga yang kita risaukan. Sehingga saat menghadapi kematian pun, kita akan menyebut nama ibu.            Kuatnya ingatan anak-anak kepada ibu ialah kerana ibulah yang mengandungkan kita, ibu yang menyusui kita, ibu yang menyuapi kita makan dan minum, ibu yang mendodoi dan menidurkan kita, ibu yang membersihkan najis dan segala kotoran di badan kita. Oleh karena itu, wajarlah Allâh Subhânahu wa Ta’âlâ memuliakan ibu sesuai dengan pengorbanannya. Firman Allâh dalam al-Qur’ânul Karîm,“14. Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun[8]. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS Luqman [31]: 14).Pengorbanan yang dilakukan oleh seorang ibu tidak dapat dibandingkan dengan apa pun di dunia ini. Malahan ibu akan lebih diutamakan daripada bapak. Sabda Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam, dari Abû Hurairah, dia berkata, telah datang kepada Rasûlullâh, seorang laki-laki lalu bertanya, “Wahai Rasûlullâh, siapakah yang lebih berhak untuk saya pergauli dengan baik?” Beliau menjawab, “Ibumu” dia bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Beliau menjawab, “Ibumu” dia bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Beliau menjawab, “Ibumu” dia bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Beliau menjawab, “Bapakmu”. (HR Muslim).Ibu adalah orang yang paling berhak menerima kebaikan yang berupa kasih sayang dan penghargaan dari pada anak-anaknya yaitu sebanyak tiga kali jika dibandingkan yang berhak diterima oleh seorang bapak daripada anak-anaknya. Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam menyebut perkataan ibu sebanyak tiga kali, sedangkan bapak hanya sekali saja yaitu pada kali yang ke empat. Andai berlaku pertimbangan keperluan antara bapak dan ibu dalam mendapat khidmat anaknya, maka ibulah yang lebih berhak diutamakan.Putri Rasûlullâh, Fathimah al-Zahra yang dicintai baginda merupakan antara contoh srikandi yang di asuh Nabi menjadi perempuan terunggul. Baginda Rasâlullâh telah banyak meninggalkan pesanan, nasihat dan aturan untuk Fathimah al-Zahra. Perlu di ingatkan di sini bahwa, apa saja yang ditinggalkan kepada Fathimah adalah ditinggalkan juga pesan itu terhadap perempuan Muslimah umumnya. Ibu yang mengandung diberikan ganjaran yang besar oleh Allâh.Sabda Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam ketika meningalkan pesan terhadap putrinya, “Wahai Fathimah! Disaat seorang perempuan mengandung, maka malaikat memohonkan ampunan baginya, dan Allâh tetapkan baginya setiap hari seribu kebaikan, serta melebur seribu kejelakan. Ketika seorang perempuan merasa sakit akan melahirkan, maka Allâh tetapkan pahala baginya sama dengan pahala para pejuang Allâh. Disaat seorang perempuan melahirkan kandungannya, maka bersihlah dosa-dosanya seperti ketika dia dilahirkan dari kandungan ibunya. Disaat seorang perempuan meninggal karena melahirkan, maka dia tidak akan membawa dosa sedikit pun, didalam kubur akan mendapat taman yang indah yang merupakan bagian dari taman surga. Allâh memberikan padanya pahala yang sama dengan pahala seribu orang yang melaksanakan ibadah haji dan umrah, dan seribu malaikat memohonkan ampunan baginya hingga hari kiamat.”            Besarnya pengorbanan seorang ibu bernama Siti Hajar yang penuh sabar berulang-alik antara Bukit Shafa dan Marwah untuk mencari air menghilangkan dahaga anaknya, Nabi Ismail telah diberi penghargaan Allâh. Peristiwa itu telah disyariatkan yaitu sa’i dan diberi penghargaan sebagai salah satu daripada rukun Islam yang kelima. Ibu dalam al-Qur’ân cukup dimuliakan.Contohnya dalam surat al-Qashash ayat 13 Allâh berfirman yang bermaksud, “Maka Kami kembalikannya (Musa) kepangkuan ibunya supaya menyenangkan hatinya dan tidak berduka.” Ibu Nabi Musa telah melahirkan anaknya dengan susah payah tetapi kekejaman Firaun memisahkan mereka. Namun alangkah besarnya rahmat Tuhan terhadap ibu karena selepas menghadapi halangan dapatlah dia hidup lebih bahagia dengan menyusukan sendiri anaknya dan mengasuh sehingga besar dengan perbelanjaan dari istana. Sebab dengan menjadi pengasuh dan menyusukan anak raja (Musa) itu, ibu Musa sekeluarga telah dihormati oleh seluruh penduduk negara.Peranan seorang ibu sangat besar dalam mendidik anak-anaknya supaya menjadi insan yang cemerlang di dunia lebih-lebih lagi di akhirat. Kasih sayang seorang ibu yang bijaksana terhadap anaknya mampu menyebabkan masuk surga serta menyelamatkannya dari api neraka.
 Dari Aisyah radhiyallâhu ‘anha berkata, “Seorang perempuan miskin beserta kedua anak perempuannya datang kepada aku kemudian aku berikan kepada perempuan itu tiga buah kurma, lalu perempuan itu memberikan kepada tiap anaknya sebuah kurma, dan ia hendak memakan yang satunya itu, namun ternyta kedua anaknya meminta lagi, maka perempuan itu pun membelah kurma yang ingin ia makan tadi, menjadi dua. Sungguh keadaan ini membuatku kagum sehingga aku melaporkan apa yang telah dilakukannya itu pada Rasûlullâh, lalu beliau bersabda, ”Sesungguhnya Allâh telah mewajibkan kepadanya berkat (cintanya) kepada kedua anaknya itu surga, atau akan membebaskan dari neraka dengan sebab keduanya.” Ini juga adalah seruan untuk membuka pintu harapan di hadapan ibu-ibu sekalian yang telah banyak mengalami frustasi karena banyaknya kedurhakaan dan pengingkaran dari anak-anaknya setelah mencapai usia baligh.     
     Sesungguhnya dalam mendidik anak-anak, kesabaran yang tinggi perlu ada dalam diri ibu. Tugas mendidik adalah suatu amanah yang berat yang harus dipikul oleh seorang ibu dan ayah namun kerana ibu mempunyai luang masa yang lebih panjang dengan anak-anak berbanding ayah  maka tugas mendidik anak jatuh kepada seorang ibu. Harus di ingatkan kepada para kaum ibu bahwasanya kasih sayang terhadap anak-anak tidak terbatas hanya pada memberi makan mereka, mengenyangkan mereka, dan memenuhi kebutuhan dunia mereka saja. Akan tetapi lebih dari itu dengan mendidik dan mengajari mereka ilmu-ilmu agama dan membiasakan mereka dengan akhlaq yang mulia sejak masih kecil.Karena barangsiapa yang terbiasa ketika masa kecilnya dengan kebaikan maka ia akan menuai pada masa tuanya kebaikan itu, dan barangsiapa yang masa tuanya terbiasa dengan kebaikan, maka ia akan mati dalam kebaikan itu, dan barangsiapa yang mati dengan penuh kebaikan maka ia akan dibangkitkan pada hari kiamat dengan kebaikan tersebut, dan begitu juga sebaliknya. Ketahui juga bahwa sesungguhnya sebagian besar kedurhakaan seorang anak terhadap orang  tuanya adalah buntut dari jeleknya pendidikan yang dia berikan padanya,serta kurangnya perhatian dan hilangnya keteladanan yang baik dari orang tuannya.Oleh kerena itu, maka para ibu rawatlah anak-anakmu dan ajarin mereka dengan adab atau perilaku yang islami, dan berikanlah ilmu pada mereka pengetahuan tentang Allâh  sebagaimana para ibu memberi makan dan minum kepada anak-anaknya. Insy Allâh para ibu akan mendapat pahala yang besar dari sisi Allâh. IktitâmMusuh-musuh Islam bahkan musuh-musuh kemanusiaan di masa kini, baik orang-orang kafir mau pun orang-orang munafik yang berpenyakit di hatinya, jengkel melihat kemuliaan, keseluruhan nilai dan keterpeliharaan perempuan Muslimah dalam naungan Islam. Karena musuh-musuh Islam  itu, baik orang-orang kafir maupun munafik, menghendaki agar kaum perempuan menjadi destroyer instrument (alat perusak) dan perangkap yang dapat mereka gunakan untuk menjaring manusia-manusia lemah iman dan penurut hawa nafsu yang terkendali. Setelah itu, mereka diberi kepuasan syahwat yang tak kenal kenyang itu. Firman Allâh,“27. Dan Allâh hendak menerima taubatmu, sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran).” (QS al-Nisâ’ [4]: 27)Orang-orang Islam yang berpenyakit di hatinya menghendaki agar perempuan menjadi barang dagangan murah dalam arena pameran bagi para hidung belang dan para penurut keinginan setan, barang dagangan yang terbuka untuk dipertontonkan dan dinikmati atau sampai kepada hal yang lebih buruk dari sekadar demikian.Majalah-majalah berbau porno menampilkan gambar-gambar gadis cantik memukau dan semi telanjang untuk dijadikan alat untuk meningkatkan oplag dan marketing majalah mereka. Itu lah realita yang berlaku sekarang terhadap kaum perempuan. Kaum perempuan tidak menyadari bahwa mereka telah dipergunakan lalu hidup bergelimang dengan dosa-dosa besar.Justru, kaum perempuan yang mau menjadi shalihah sebagai seorang anak, istri bahkan ibu haruslah kembali kepada tujuan asal penciptaan asal mereka di muka bumi Allâh ini. Jauhkan diri kalian dari amalan dan perbuatan-perbuatan yang mendatangkan dosa besar dan akan menyeret kalian ke neraka jahannam. Perlu di ingatkan bahawa larangan dan aturan yang ditetapkan oleh Allâh adalah untuk memelihara dan menjaga maru’ah –kehormatan- seorang perempuan. Andai seorang perempuan pernah tersasar dan bergelimang dengan dosa sebelum ini jangan putus asa dengan rahmat Allâh. Pintu taubat selalu terbuka bagi mereka yang benar-benar mau bertaubat.Firman Allâh yang kurang lebih artinya “53. Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa[9]semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS al-Zumar [39]: 53)Dari Abdullâh bin ‘Amr radhiyallâhu ‘anhumâ bawa Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dunia ini adalah perhiasan (kesenangan) dan sebaik-baik perhiasan (kesenangan) dunia adalah perempuan yang shalihah.”(HR Muslim, Nasâ’i, Ibnu Majah dan Ahmad). Maka kaum perempuan haruslah menanam dalam diri untuk hidup sebagai perhiasan yang memberikan manfaat kepada orang lain dan bukan racun perusak. Karena sebaik perhiasan adalah perempuan yang shalihah dan itulah yang terindah apabila kaum perempuan melaksanakan segala aturan dan menjauhi larangan-Nya.Perempuan yang mampu mendorong anak-anak dan suaminya semakin dekat kepada Allâh. Jadilah perempuan yang sabar seperti Asiyah, perempuan yang setia seperti Khadijah, perempuan yang suci seperti Maryam, perempuan yang ikhlas seperti A’isyah dan perempuan yang teguh seperti Fathimah.Dan yang terakhirnya penulis tinggalkan dengan sebuah hadits yang pasti meruntun jiwa kaum perempuan. Pada suatu hari, Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam berjalan-jalan bersama puteri baginda, Sayyidah Fathimah radhiyallâhu ‘anha setibanya mereka berdua di bawah sebatang pohon tamar. Fatihmah terpijak pohon semalu –tanaman putri malu-, kakinya berdarah lalu mengadu kesakitan. Fathimah mengatakan kepada bapaknya apalah gunanya pohon semalu itu berada di situ dengan nada yang sedikit marah. Rasûlullâh dengan tenang berkata kepada putri kesayangannya itu bahawasanya pohon semalu itu amat berkait rapat dengan perempuan. Fathimah terkejut. Rasûlullâh menyambung kata-katanya lagi. Para perempuan hendaklah mengambil pelajaran daripada pohon semalu ini dari 4 aspek. Pertama, pohon semalu akan kuncup apabila disentuh. Ini boleh diibaratkan bahwa perempuan perlu mempunyai perasaan malu (pada tempatnya). Kedua, semalu mempunyai duri yang tajam untuk mempertahankan dirinya. Oleh itu, perempuan perlu tahu mempertahankan diri dan maru’ah sebagai seorang perempuan Muslimah. Ketiga, semalu juga mempunyai akar panjang mendalam yang sangat kuat dan mencengkam bumi. Ini bermakna perempuan shalihah hendaklah mempunyai keterikatan yang sangat kuat dengan Allâh Rabbul âlamîn. Dan akhir sekali, semalu akan kuncup dengan sendirinya apabila senja menjelang. Oleh itu, para perempuan sekalian, kembalilah ke rumahmu apabila waktu semakin senja. Ambillah pelajaran dari semalu walau pun ia hanya sepohon tumbuhan yang kecil.[]

Minggu, 22 Juni 2014

Martabat perempuan

 Perempuan adalah ciptaan Allâh yang hadir atas nama cinta. Hawa adalah perempuan pertama yang diciptakan atas dasar cinta Allâh kepada Adam. Dia diciptakan untuk menjadi pasangan bagi Adam atas kehendak Allâh sendiri kerna manusia itu diciptakan semuanya berpasangan. Firman Allâh:““12. dan (Dia lah) Yang menciptakan sekalian makhluk Yang berbagai jenisnya; dan ia mengadakan bagi kamu kapal-kapal dan binatang ternak Yang kamu dapat mengenderainya, (QS al-Dhukhan [44]: 12) Di dalam ayat lain, Allâh berfirman,“1. Wahai sekalian manusia! bertaqwalah kepada Tuhan kamu Yang telah menjadikan kamu (bermula) dari diri Yang satu (Adam), dan Yang menjadikan daripada (Adam) itu pasangannya (isterinya -Hawa), dan juga yang membiakkan dari keduanya -dzuriat keturunan- lelaki dan perempuan yang ramai, dan bertaqwalah kepada Allâh Yang kamu selalu meminta dengan menyebut-nyebut nama-Nya, serta peliharalah hubungan (silaturrahim) kaum kerabat, kerana sesungguhnya Allâh senantiasa memerhati (mengawas) kamu.” (QS al-Nisâ’[5]: 1)Dari keturunan Adam dan Hawa lahirlah anak keturunannya laki-laki dan perempuan yang berkembang biak hingga saat ini. Dengan berjalannya waktu telah kita saksikan manusia meletakkan derajat seorang perempuan di tahap yang paling bawah. Anak perempuan dibunuh, golongan perempuan dijadikan alat pemuas nafsu laki-laki, perempauan diperlakukan dengan kasar dan hina sehingga Islam datang yang dibawa oleh Nabi Muhammadshallallâhu ‘alaihi wa sallam dengan membawa risalah untuk mengangkat derajat perempuan pada kedudukan yang labih baik dan mulia. Selanjutnya anak keturunan Hawa ini diangkat menjadi tinggi martabatnya dalam Islam.Perempuan adalah insan mukalaf sama seperti laki-laki, di tuntut supaya beribadah kepada Allâh Subhânahu wa Ta’âlâ bahkan Islam yang indah ini datang mengakui kaum perempuan berhak mendapat penghargaan sebagai seorang ibu, isteri dan anak perempuan. Mereka juga bertanggungjawab sepenuhnya atas perilaku di dunia dan di akhirat, Islam memberikan hak harta untuk membelanjakannya serta mengurusnya. Berdasarkan prinsip umum, perempuan adalah sama seperti laki-laki dari segi memikul tuntutan syara’ melainkan apa yang dikecualikan oleh Allâh Subhânahu wa Ta’âlâ. Allâh berfirman dalam al-Qur’ân, “195. Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman), “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain.[1] Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allâh, dan Allâh pada sisi-Nya pahala yang baik.” (QS Ali ‘Imrân[3]:195)            Islam menjunjung tinggi martabat kaum perempuan yang taat kepada Allâh dan Rasul. Sepanjang zaman kita lihat srikandi-srikandi Islam begitu teguh mempertahankan diri dan muru’ah –kehormatan- serta berjuang kerana Allâh. Walau bagaimanapun memang benar, pernah dikatakan Rasûlullâh bahwa antara golongan yang paling banyak mamasuki neraka adalah perempuan. Namun, jangan kita lupakan bahwa kaum perempuan juga mudah untuk memasuki surga. Bagaimanapun, hari ini banyak kaum perempuan kurang menyadari kemuliaan kedudukan mereka di sisi agama bahkan laranagn dan perintah bukanlah untuk menyusahkan mereka tetapi di situlah letak murninya seorang perempuan.Telah Nabi tinggalkan kepada kita dua perkara utama yang kita harus jadikan panduan dalam menyusuri hidup ini yaitu Kitabullâh dan Sunnahnya. Karena perempuan itu juga adalah manusia yang diciptakan seperti laki-laki melalui proses dari seorang anak perempuan kemudian dilamar menjadi seorang isteri setelah itu menjadi ibu kepada anak-anaknya. Sepanjang proses ini tidak ada sedikit pun Islam mau mengesampingkan kaum perempuan. Betapa Islam menjaga kaum perempuan supaya mereka sadar bahwa fitnah juga turut hadir bersama-samanya supaya mereka sadar terhadap bahaya yang mengancam dirinya agar selamat dari bahaya ini.Perempuan Sebagai AnakDari Ummu Salamah radhiyallâh ‘anhu, “Aku bertanya kepada Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam, “Mengapa kami kaum perempuan tidak dsebutkan (keutamaannya) dalam al-Qur’ân sebagaimana kaum laki-laki?” Rasûlullâhshallallâhu ‘alaihi wa sallam tidak segera menjawab. Namun, pada waktu lain, kulihat beliau berdiri di atas mimbar. Ketika itu, aku sedang menyisir rambut, aku masuk ke salah satu kamar di rumahku. Kupasang pendengaranku di dekat atap masjid yang ketika itu masih terbuat dari pelepah kurma, dan posisinya dekat dengan mimbar masjid. Aku mendengar Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai manusia, sesungguhnya Allâh Subhânahu wa Ta’âlâberfirman dalam Kitab-Nya, “Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang memeluk Islam, laki-laki dan perempuan yang beriman, laki-laki dan perempuan yang taat (kepada Allâh), laki-laki dan perempuan yang (berbuat) benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatan, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allâh, bagi mereka, Allâh telah menyediakan ampunan dan pahala yang besar. “(QS al-Ahzab [3]: 35)Sifat malu adalah karakter yang istimewa bagi kaum perempuan. Jika mereka kehilangan sifat ini mereka akan kehilangan semua kecantikan. Tambahan kepada anak gadis yang masih perawan atau belum nikah. Mereka sedang memikul tanggungjawab dan muru’ah –kehormatan- kedua ibu bapak walau ke mana pun mereka pergi. Walau apa pun yang dilakukan pasti akan menjadi perhatian orang sekeliling. Bahkan mereka juga mudah dijadikan bahan fitnah bagi mereka yang tidak tahu menjaga harga diri. Hal ini amat ketara dan bisa kita lihat pada anak gadis pada zaman modern. Kebanyakan mereka telah hilang rasa malu dan sopan serta kelembutan. Mereka bebas bergaul di kalangan kaum laki-laki dengan perbuatan yang mengairahkan dan berpakaian yang menampakkan aurat sehingga nampaklah lekuk-lekuk tubuhnya. Rasûlullâh bersabda,“Apabila kamu tidak merasa malu maka perbuatlah apa yang kamu kehendaki” (HR. Bukhari)Di zaman Khalifah Umar bin al-Khaththab radhiyallâhu ‘anhu, beliau telah melihat perubahan-perubahan keadaan kaum perempuan di zamannya (wujudnya penggunaan wangi-wangian dan alat solek) lalu beliau melarang perempuan yang biasa ke masjid mengerjakan shalat dan tiada seorang sahabat pun yang menentangi perintah Umar radhiyallâhu ‘anhu ini. Bahkan beberapa perempuan telah mengadu kepada Aisyah radhiyallâhu ‘anha di mana beliau juga bersepakat dengan Umar radhiyallâhu ‘anhu dan berkata, “Sekiranya Rasûlullâh melihat keadaan yang boleh disaksikan wujud di kalangan perempuan pada masa ini Baginda juga melarang mereka dari masuk masjid.”Sebagai seorang anak perempuan bahkan jika sudah bergelar isteri dan ibu, wajib atas mereka memelihara muru’ahdiri dan menutup aurat, sebagaimana Allâh tegaskan,“59. Hai nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin, “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya[2] ke seluruh tubuh mereka”. yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, Karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allâh adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS al-Ahzab[33]: 59)Sayyidah ‘Aisyah radhiyallâhu ‘anha meriwayatkan, Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hai Aisyah, aku berwasiat kepada engkau. Hendaklah engkau senantiasa mengingat wasiatku ini. Sesungguhnya engkau akan senantiasa di dalam kebajikan selama engkau mengingat wasiatku ini…”Intisari wasiat Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam tersebut dirumuskan  sebagai berikut, “Hai, Aisyah, peliharalah dirimu.  Ketahuilah bahwa sebagian besar dari pada kaum-mu (kaum perempuan) adalah menjadi kayu api di dalam neraka”.Diantara sebab-sebabnya ialah mereka itu :Tidak dapat menahan sabar dalam menghadapi kesakitan (kesusahan), tidak sabar apabila  ditimpa musibah.Tidak memuji Allâh Ta’âlâ atas kemurahan-Nya, apabila dikaruniakankan nikmat dan rahmat tidak bersyukur.Mengkufurkan nikmat dan menganggap nikmat bukan dari Allâh.Banyak bicara yang tidak bermanfaat dan sia-sia.Dari Ummu Salamah radhiyallâhu ‘anha, pada suatu malam, Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam bangun tidur lalu berkata, “Tiada Tuhan selain Allâh. Fitnah apa yang diturunkan pada malam ini? Siapakah orang yang telah membangunkan para penghuni kamar? Berapa banyak perempuan berpakaian di dunia tetapi telanjang kelak di hari akhirat?” (HR Al-Bukhari).Apabila mereka telah menjaga muru’ah diri maka mereka telah meringankan beban kedua orang tua mereka. Bahkan mereka juga dapat menghindarkan diri daripada gejala sosial dan maksiat. Sebagaimana yang dapat dilihat hari ini pebagai kasus yang keluar di koran seperti pembuangan bayi, zina, dan rogol, itu semua adalah puncak dari keruntuhan akhlaq yang leluasa di kalangan anak remaja pada masa kini. Siapakah yang harus dipersalahkan? Apakah kurangnya penghayatan kepada hadits Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam,Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda:من البتلى بشيء من البنات فصبر عليهن كن له حجابا من النار“Siapa yang diberikan rezeki anak-anak perempuan, kemudian ia bersabar dalam memperlakukan mereka niscaya mereka menjadi penghalang baginya dari api neraka.”Bahkan ia akan masuk surga bersama Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam jika ia bersabar hingga anak-anaknya itu dewasa. Sesuai dengan sabda Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam,من عال جاريتين حتى يدركا دخلت أناو هو الجنة كهاتين“Siapa yang menanggung kehidupan dua anak perempuannya hingga dewasa, niscaya saya dan dia masuk surga seperti kedua hal ini dan Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam, memberi isyarat dengan dua jari beliau.” (HR Muslim dan Tirmidzi)Pesan lain yang disampaikan Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam ialah taat kepada kedua ibu bapak. Bahkan jika terdengar panggilan antara ibu dan bapak, maka anak harus segera menyahut panggilan ibunya terlebih dahulu, kemudian bapaknya. Ibu sebagai perempuan banyak berkorban demi kebahagiaan anak-anaknya dan suami tercinta. Sesungguhnya surga bagi seorang anak di bawah telapak kaki ibu,الجنة تحت أقدام الأمهاتLafazh ini adalah lafazh masyhur dan tidak didapati dalam sumber-sumber utama hadits. Tetapi maknanya bertepatan dengan satu hadits lain yaitu “Seorang laki-laki yang mau berperang, dan bertemu Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam meminta pandangannya. Baginda bertanya, “Adakah kamu mempunyai ibu?” Jawabnya, “Ya”. Kata Nabi,“Lazimilah dia, karena surga di bawah kakinya”. (Direkod oleh Ahmad dalam Musnad dan Nasâ’i. Sanadnya dinilai shahih oleh Hakim).Perempuan Sebagai Istri     Agama Islam tidak menganggap perkawinan itu hanya untuk memenuhi tuntutan hawa nafsu saja. Setiap pasangan harus memikirkan tanggungjawab mereka bukan saja sekadar suami isteri bahkan sebagai ibu dan bapak. Perempuan adalah perisai dalam rumah tangga kerana memikul tanggungjawab yang sangat besar. Perempuan itu bukanlah barang mainan kaum laki-laki tetapi mereka adalah ciptaan yang mempunyai moral dan rohani yang diamanahkan kepada kaum laki-laki melalui perjanjian luhur (melalui ikatan perkawinan yang sah) di mana AllâhSubhânahu wa Ta’âlâ adalah sebagai saksi untuknya.“21. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS al-Rûm[30]: 21).       “72. Allâh menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezqi dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?”(QS al-Nahl [16]: 72).Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda, bahawa kesopanan dan malu itu sebagian dari iman, oleh karena itu gambaran rumah di mana isteri tidak mempunyai sifat malu dn kesopanan adalah satu yang amat malang sekali. Ia seperti bencana pada kehidupan laki-laki. “26. Perempuan-perempuan yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat perempuan-perempuan yang keji (pula), dan perempuan-perempuan yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk perempuan-perempuan yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezqi yang mulia (surga).”[3] (QS al-Nûr [24]: 26)Hadits Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam menjelaskan beberapa kriteria yang ditetapkan dalam Islam dalam memilih calon isteri. Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,تنكح المرأة لأربع : لمالها ولنسابها ولجمالها ولدينها فاظفر بذات الدين تربت يداك“Perempuan dinikahi karena empat hal yaitu karena harta, keturunan, kecantikan dan agamanya. Maka pilihlah perempuan yang beragama, engkau akan beruntung.”Seterusnya baginda shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,لا تنكح المرأة لجمالها فلعل جمالها يرديها ولا لمالها فلعل مالها يطغيها وانكح المرأة لدينها“Janganlah menikahi perempuan hanya karena kecantikannya, barangkali kecantikannya itu akan mencelakakannya dan jangan hanya karena hartanya, barangkali hartanya membuat dirinya melampaui batas dan nikahilah perempuan karena agamanya.” (HR. Ibnu Majah).Islam mengkehendaki agar para perempuan menjadi isteri yang sentiasa bersyukur dan merasa cukup dengan pemberian Allâh dan keberadaan suaminya. Bersyukurlah dengan rezeqi, kesenangan bahkan ketika mendapat musibah pun harus bersyukur karena itu adalah pemberian dari Allâh. Pemberian Allâh itu bukanlah untuk membebankan hamba-Nya tetapi untuk mendidik mereka menjalani kehidupan ini dengan lebih baik.  Allâh Ta’âlâberfirman,“236. Tidak ada kewajiban membayar (mahar) atas kamu, jika kamu menceraikan isteri-isteri kamu sebelum kamu bercampur dengan mereka dan sebelum kamu menentukan maharnya dan hendaklah kamu berikan suatu mut’ah (pemberian) kepada mereka. Orang yang mampu menurut kemampuannya dan orang yang miskin menurut kemampuannya (pula), yaitu pemberian menurut yang patut yang demikian itu merupakan ketentuan bagi orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS al-Baqarah [2]: 236)Pernikahan yang sukses adalah pernikahan yang didasarkan pada ketenangan dan kedamaian jiwa yang ada pada diri kedua pasangan secara bersamaan. Dalam hal ini Imam Ali radhiyallâhu ‘anhu pernah mengungkapkan, “Tidak ada keberuntungan yang lebih baik yang dirasakan seorang suami kecuali isteri shalihah. Apabila ditatapnya, ia menyenangkannya. Jika suami tidak sedang berada di sisinya, ia mampu menjaga diri dan hartanya.” Resapilah sabda Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam,أعظم النساء بركة أيسرهن مؤنة“Perempuan yang paling banyak berkahnya ialah yang paling mudah beban hidupya.”(HR. Imam Ahmad di dalam al-Musnad, al-Hakim di dalam al-Mustadrak dan al-Baihaqî di dalam Syu’aib al-Imâm)Istri yang ideal ialah istri yang penyayang, pengasih, rendah hati, menjaga kehormatan dan memiliki kecantikan. Cinta antara suami dan isteri tidak hanya sementara dan tidak bekerja untuk tujuan lemah, tetapi cinta tersebut merupakan kecintaan hati yang suci dan jiwa yang hidup. Cinta maknanya adalah pemberian, hasilnya adalah keindahan dan kegembiraan. Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda:حبب إليّ من دنياكم ثلاث : النساء والطيب وجعلت قرة عيني في الصلاة“Ada tiga perkara dari dunia kalian yang membuatku menyukainya yaitu perempuan, minyak wangi dan dijadikan penyejuk mataku di dalam shalat.” (HR al-Nasâ’i di dalam Shahihnya dan al-Hakim di dalam al-Mustadrak).Seorang istri dalam hidupnya bisa menjadi neraka dan surga bagi suaminya. Kedua pihak harus berusaha dalam mengatasi pelbagai masalah yang timbul sehingga setan tidak bisa menghasut berduanya. Maka hendaklah pasangan ini senantiasa berbuat kebaikan dan ketaqwaan kepada Allâh dan ia adalah sebaik-baik bekal dan amalan.“34. Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum perempuan, oleh karena Allâh telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang shaleh, ialah yang taat kepada Allâh lagi memelihara diri[4] ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).[5] Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan nusyuznya[6]. Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya[7]. Sesungguhnya Allâh Maha Tinggi lagi Maha besar.” (QS al-Nisâ’[4]: 34)Rasûlullâh pernah ditanya, “Siapakah perempuan yang terbaik?” Beliau shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Yaitu perempuan yang menyenangkan tatkala dilihat, taat tatkala diperintah, dan tidak menyimpang pada dirinya sendiri dan hartanya dengan melakukan sesuatu yang tidak disukai.” (HR Abû Daud dan al-Nasâ’i dengan sanad yanghasan) Perempuan Sebagai IbuSetelah melalui proses sebagai seorang anak dan isteri, telah menjadi impian semua kaum perempuan untuk menjadi ibu bagi anak-anaknya. Bahkan Islam turut meninggikan martabat ibu yang sungguh mulia. Islam amat memuliakan ibu dan kemuliaan ibu menduduki tempat ke-dua selepas mentaati Allâh Subhânahu wa Ta’âlâ. Justru, AllâhSubhânahu wa Ta’âlâ telah mewajibkan anak-anak memuliakan dan menghormati ibu sekalipun berlainan pegangan agama. Adalah satu kenyataan bahwa ibu mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dibanding bapak. Berdasarkan sifat dan naluri keibuan, maka tidak heran anak-anak lebih mengasihi, dan mengingat serta sering menyebut nama ibu dibanding bapak. Jika sakit, kita lebih suka ibu yang jaga. Kalau hendak makan, kita lebih suka ibu yang masak dan menyuapi. Kalau ingin tidur, kita mau ibu yang tidurkan. Kalau ingin nikah, ibu juga yang kita risaukan. Sehingga saat menghadapi kematian pun, kita akan menyebut nama ibu.            Kuatnya ingatan anak-anak kepada ibu ialah kerana ibulah yang mengandungkan kita, ibu yang menyusui kita, ibu yang menyuapi kita makan dan minum, ibu yang mendodoi dan menidurkan kita, ibu yang membersihkan najis dan segala kotoran di badan kita. Oleh karena itu, wajarlah Allâh Subhânahu wa Ta’âlâ memuliakan ibu sesuai dengan pengorbanannya. Firman Allâh dalam al-Qur’ânul Karîm,“14. Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun[8]. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS Luqman [31]: 14).Pengorbanan yang dilakukan oleh seorang ibu tidak dapat dibandingkan dengan apa pun di dunia ini. Malahan ibu akan lebih diutamakan daripada bapak. Sabda Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam, dari Abû Hurairah, dia berkata, telah datang kepada Rasûlullâh, seorang laki-laki lalu bertanya, “Wahai Rasûlullâh, siapakah yang lebih berhak untuk saya pergauli dengan baik?” Beliau menjawab, “Ibumu” dia bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Beliau menjawab, “Ibumu” dia bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Beliau menjawab, “Ibumu” dia bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Beliau menjawab, “Bapakmu”. (HR Muslim).Ibu adalah orang yang paling berhak menerima kebaikan yang berupa kasih sayang dan penghargaan dari pada anak-anaknya yaitu sebanyak tiga kali jika dibandingkan yang berhak diterima oleh seorang bapak daripada anak-anaknya. Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam menyebut perkataan ibu sebanyak tiga kali, sedangkan bapak hanya sekali saja yaitu pada kali yang ke empat. Andai berlaku pertimbangan keperluan antara bapak dan ibu dalam mendapat khidmat anaknya, maka ibulah yang lebih berhak diutamakan.Putri Rasûlullâh, Fathimah al-Zahra yang dicintai baginda merupakan antara contoh srikandi yang di asuh Nabi menjadi perempuan terunggul. Baginda Rasâlullâh telah banyak meninggalkan pesanan, nasihat dan aturan untuk Fathimah al-Zahra. Perlu di ingatkan di sini bahwa, apa saja yang ditinggalkan kepada Fathimah adalah ditinggalkan juga pesan itu terhadap perempuan Muslimah umumnya. Ibu yang mengandung diberikan ganjaran yang besar oleh Allâh.Sabda Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam ketika meningalkan pesan terhadap putrinya, “Wahai Fathimah! Disaat seorang perempuan mengandung, maka malaikat memohonkan ampunan baginya, dan Allâh tetapkan baginya setiap hari seribu kebaikan, serta melebur seribu kejelakan. Ketika seorang perempuan merasa sakit akan melahirkan, maka Allâh tetapkan pahala baginya sama dengan pahala para pejuang Allâh. Disaat seorang perempuan melahirkan kandungannya, maka bersihlah dosa-dosanya seperti ketika dia dilahirkan dari kandungan ibunya. Disaat seorang perempuan meninggal karena melahirkan, maka dia tidak akan membawa dosa sedikit pun, didalam kubur akan mendapat taman yang indah yang merupakan bagian dari taman surga. Allâh memberikan padanya pahala yang sama dengan pahala seribu orang yang melaksanakan ibadah haji dan umrah, dan seribu malaikat memohonkan ampunan baginya hingga hari kiamat.”            Besarnya pengorbanan seorang ibu bernama Siti Hajar yang penuh sabar berulang-alik antara Bukit Shafa dan Marwah untuk mencari air menghilangkan dahaga anaknya, Nabi Ismail telah diberi penghargaan Allâh. Peristiwa itu telah disyariatkan yaitu sa’i dan diberi penghargaan sebagai salah satu daripada rukun Islam yang kelima. Ibu dalam al-Qur’ân cukup dimuliakan.Contohnya dalam surat al-Qashash ayat 13 Allâh berfirman yang bermaksud, “Maka Kami kembalikannya (Musa) kepangkuan ibunya supaya menyenangkan hatinya dan tidak berduka.” Ibu Nabi Musa telah melahirkan anaknya dengan susah payah tetapi kekejaman Firaun memisahkan mereka. Namun alangkah besarnya rahmat Tuhan terhadap ibu karena selepas menghadapi halangan dapatlah dia hidup lebih bahagia dengan menyusukan sendiri anaknya dan mengasuh sehingga besar dengan perbelanjaan dari istana. Sebab dengan menjadi pengasuh dan menyusukan anak raja (Musa) itu, ibu Musa sekeluarga telah dihormati oleh seluruh penduduk negara.Peranan seorang ibu sangat besar dalam mendidik anak-anaknya supaya menjadi insan yang cemerlang di dunia lebih-lebih lagi di akhirat. Kasih sayang seorang ibu yang bijaksana terhadap anaknya mampu menyebabkan masuk surga serta menyelamatkannya dari api neraka. Dari Aisyah radhiyallâhu ‘anha berkata, “Seorang perempuan miskin beserta kedua anak perempuannya datang kepada aku kemudian aku berikan kepada perempuan itu tiga buah kurma, lalu perempuan itu memberikan kepada tiap anaknya sebuah kurma, dan ia hendak memakan yang satunya itu, namun ternyta kedua anaknya meminta lagi, maka perempuan itu pun membelah kurma yang ingin ia makan tadi, menjadi dua. Sungguh keadaan ini membuatku kagum sehingga aku melaporkan apa yang telah dilakukannya itu pada Rasûlullâh, lalu beliau bersabda, ”Sesungguhnya Allâh telah mewajibkan kepadanya berkat (cintanya) kepada kedua anaknya itu surga, atau akan membebaskan dari neraka dengan sebab keduanya.” Ini juga adalah seruan untuk membuka pintu harapan di hadapan ibu-ibu sekalian yang telah banyak mengalami frustasi karena banyaknya kedurhakaan dan pengingkaran dari anak-anaknya setelah mencapai usia baligh.            Sesungguhnya dalam mendidik anak-anak, kesabaran yang tinggi perlu ada dalam diri ibu. Tugas mendidik adalah suatu amanah yang berat yang harus dipikul oleh seorang ibu dan ayah namun kerana ibu mempunyai luang masa yang lebih panjang dengan anak-anak berbanding ayah  maka tugas mendidik anak jatuh kepada seorang ibu. Harus di ingatkan kepada para kaum ibu bahwasanya kasih sayang terhadap anak-anak tidak terbatas hanya pada memberi makan mereka, mengenyangkan mereka, dan memenuhi kebutuhan dunia mereka saja. Akan tetapi lebih dari itu dengan mendidik dan mengajari mereka ilmu-ilmu agama dan membiasakan mereka dengan akhlaq yang mulia sejak masih kecil.Karena barangsiapa yang terbiasa ketika masa kecilnya dengan kebaikan maka ia akan menuai pada masa tuanya kebaikan itu, dan barangsiapa yang masa tuanya terbiasa dengan kebaikan, maka ia akan mati dalam kebaikan itu, dan barangsiapa yang mati dengan penuh kebaikan maka ia akan dibangkitkan pada hari kiamat dengan kebaikan tersebut, dan begitu juga sebaliknya. Ketahui juga bahwa sesungguhnya sebagian besar kedurhakaan seorang anak terhadap orang  tuanya adalah buntut dari jeleknya pendidikan yang dia berikan padanya,serta kurangnya perhatian dan hilangnya keteladanan yang baik dari orang tuannya.Oleh kerena itu, maka para ibu rawatlah anak-anakmu dan ajarin mereka dengan adab atau perilaku yang islami, dan berikanlah ilmu pada mereka pengetahuan tentang Allâh  sebagaimana para ibu memberi makan dan minum kepada anak-anaknya. Insy Allâh para ibu akan mendapat pahala yang besar dari sisi Allâh. IktitâmMusuh-musuh Islam bahkan musuh-musuh kemanusiaan di masa kini, baik orang-orang kafir mau pun orang-orang munafik yang berpenyakit di hatinya, jengkel melihat kemuliaan, keseluruhan nilai dan keterpeliharaan perempuan Muslimah dalam naungan Islam. Karena musuh-musuh Islam  itu, baik orang-orang kafir maupun munafik, menghendaki agar kaum perempuan menjadi destroyer instrument (alat perusak) dan perangkap yang dapat mereka gunakan untuk menjaring manusia-manusia lemah iman dan penurut hawa nafsu yang terkendali. Setelah itu, mereka diberi kepuasan syahwat yang tak kenal kenyang itu. Firman Allâh,“27. Dan Allâh hendak menerima taubatmu, sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran).” (QS al-Nisâ’ [4]: 27)Orang-orang Islam yang berpenyakit di hatinya menghendaki agar perempuan menjadi barang dagangan murah dalam arena pameran bagi para hidung belang dan para penurut keinginan setan, barang dagangan yang terbuka untuk dipertontonkan dan dinikmati atau sampai kepada hal yang lebih buruk dari sekadar demikian.Majalah-majalah berbau porno menampilkan gambar-gambar gadis cantik memukau dan semi telanjang untuk dijadikan alat untuk meningkatkan oplag dan marketing majalah mereka. Itu lah realita yang berlaku sekarang terhadap kaum perempuan. Kaum perempuan tidak menyadari bahwa mereka telah dipergunakan lalu hidup bergelimang dengan dosa-dosa besar.Justru, kaum perempuan yang mau menjadi shalihah sebagai seorang anak, istri bahkan ibu haruslah kembali kepada tujuan asal penciptaan asal mereka di muka bumi Allâh ini. Jauhkan diri kalian dari amalan dan perbuatan-perbuatan yang mendatangkan dosa besar dan akan menyeret kalian ke neraka jahannam. Perlu di ingatkan bahawa larangan dan aturan yang ditetapkan oleh Allâh adalah untuk memelihara dan menjaga maru’ah –kehormatan- seorang perempuan. Andai seorang perempuan pernah tersasar dan bergelimang dengan dosa sebelum ini jangan putus asa dengan rahmat Allâh. Pintu taubat selalu terbuka bagi mereka yang benar-benar mau bertaubat.Firman Allâh yang kurang lebih artinya “53. Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa[9]semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS al-Zumar [39]: 53)Dari Abdullâh bin ‘Amr radhiyallâhu ‘anhumâ bawa Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dunia ini adalah perhiasan (kesenangan) dan sebaik-baik perhiasan (kesenangan) dunia adalah perempuan yang shalihah.”(HR Muslim, Nasâ’i, Ibnu Majah dan Ahmad). Maka kaum perempuan haruslah menanam dalam diri untuk hidup sebagai perhiasan yang memberikan manfaat kepada orang lain dan bukan racun perusak. Karena sebaik perhiasan adalah perempuan yang shalihah dan itulah yang terindah apabila kaum perempuan melaksanakan segala aturan dan menjauhi larangan-Nya.Perempuan yang mampu mendorong anak-anak dan suaminya semakin dekat kepada Allâh. Jadilah perempuan yang sabar seperti Asiyah, perempuan yang setia seperti Khadijah, perempuan yang suci seperti Maryam, perempuan yang ikhlas seperti A’isyah dan perempuan yang teguh seperti Fathimah.Dan yang terakhirnya penulis tinggalkan dengan sebuah hadits yang pasti meruntun jiwa kaum perempuan. Pada suatu hari, Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam berjalan-jalan bersama puteri baginda, Sayyidah Fathimah radhiyallâhu ‘anha setibanya mereka berdua di bawah sebatang pohon tamar. Fatihmah terpijak pohon semalu –tanaman putri malu-, kakinya berdarah lalu mengadu kesakitan. Fathimah mengatakan kepada bapaknya apalah gunanya pohon semalu itu berada di situ dengan nada yang sedikit marah. Rasûlullâh dengan tenang berkata kepada putri kesayangannya itu bahawasanya pohon semalu itu amat berkait rapat dengan perempuan. Fathimah terkejut. Rasûlullâh menyambung kata-katanya lagi. Para perempuan hendaklah mengambil pelajaran daripada pohon semalu ini dari 4 aspek. Pertama, pohon semalu akan kuncup apabila disentuh. Ini boleh diibaratkan bahwa perempuan perlu mempunyai perasaan malu (pada tempatnya). Kedua, semalu mempunyai duri yang tajam untuk mempertahankan dirinya. Oleh itu, perempuan perlu tahu mempertahankan diri dan maru’ah sebagai seorang perempuan Muslimah. Ketiga, semalu juga mempunyai akar panjang mendalam yang sangat kuat dan mencengkam bumi. Ini bermakna perempuan shalihah hendaklah mempunyai keterikatan yang sangat kuat dengan Allâh Rabbul âlamîn. Dan akhir sekali, semalu akan kuncup dengan sendirinya apabila senja menjelang. Oleh itu, para perempuan sekalian, kembalilah ke rumahmu apabila waktu semakin senja. Ambillah pelajaran dari semalu walau pun ia hanya sepohon tumbuhan yang kecil.[]